TAUHID ADALAH DAKWAHNYA SELURUH RASUL (Bagian
Kedua) Senin, 01-Mei-2006 Penulis: Fadhilatu Asy Syaikh Al ‘Allamah Abdul Aziz bin Baaz رحمه الله
Sungguh Allah telah memberikan jaminan kepada para
rasul ‘alaihimussalam dan pengikutnya dengan pertolongan, kekuasaan, dan akibat
yang baik di dunia dan di akhirat. Allah berfirman yang artinya :
وَإِنَّ جُندَنَا لَهُمُ الغَالِبُون, إِنَّهُمْ لَهُمُ المَنصُورُون, وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا المُرْسَلِين Sungguh Allah telah memberikan jaminan kepada para rasul ‘alaihimussalam dan pengikutnya dengan pertolongan, kekuasaan, dan akibat yang baik di dunia dan di akhirat. Allah berfirman yang artinya : وَإِنَّ جُندَنَا لَهُمُ الغَالِبُون, إِنَّهُمْ لَهُمُ المَنصُورُون, وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا المُرْسَلِين “Dan sungguh telah tetap kalimat Kami (di Lauh Mahfudz) kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul. Sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapatkan pertolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami (para rasul ‘alaihimussalam dan pengikutnya) itulah yang pasti mendapatkan kemenangan”. (QS. As Shaffat: 171-173) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ , وَالَّذِينَ كَفَرُوا فَتَعْساً لَّهُمْ وَأَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ “Hai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong (agama) Allah, pasti Dia akan menolong kalian dan meneguhkan (menetapkan) kedudukan kalian. Dan orang-orang yang kafir maka kebinasaanlah bagi mereka dan Allah 'Azza wa Jalla membatalkan amal-amal mereka.Yang demikian itu disebabkan kebencian mereka terhadap apa yang difirmankan Allah 'Azza wa Jalla (Al-Qur'aan) maka Allah menghapuskan (pahala dan amalan mereka)”. (QS. Muhammad: 7-9) وَكَانَ حَقّاً عَلَيْنَا نَصْرُ المُؤْمِنِينَ “Dan sudah menjadi kewajiban Kami menolong orang-orang yang beriman”. (QS. Ar Ruum: 47) Masih banyak ayat-ayat dalam Al-Qur'aan yang semakna dengan firman Allah 'Azza wa Jalla tersebut. Barangsiapa yang memperhatikan sunnatullah pada diri rasul dan orang-orang yang beriman, akan mengetahui kebenaran dari sisi dalil naql (apa yang dikatakan Allah dalam Al-Qur'aan) maupun dari sisi kejadian yang disaksikan oleh umat manusia, yakni pertolongan yang diberikan oleh Allah Azza wa Jalla kepada mereka. Adapun yang menimpa sebagian dari kaum muslimin, yaitu kekalahan di beberapa medan pertempuran karena dosa-dosa yang mereka kerjakan, penyimpangan atas perintah Allah, tidak adanya persiapan yang cukup dalam menghadapi musuh-musuh Islam, atau rahasia hikmah yang tinggi dan sempurna yang dimiliki oleh Allah Azza wa Jalla. Allah berfirman: وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ “Dan seluruh musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan kalian sendiri, dan Allah Azza wa Jalla memaafkan sebagian besar dari dosa-dosa kalian”. (QS. Asy Syuraa: 30) Allah berfirman tentang perkara yang menimpa kaum muslimin pada Perang Uhud, أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُم مُّصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُم مِّثْلَيْهَا قُلتُمْ أَنَّى هَـذَا قُل هُوَ مِنْ عِندِ أَنْفُسِكُمْ إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ “Dan mengapa ketika kalian ditimpa musibah (kekalahan pada Perang Uhud, yaitu terbunuhnya 70 orang kaum muslimin) padahal kalian telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuh kalian (kemenangan pada Perang Badar, yaitu terbunuhnya 70 orang musyrikin dan tertawannya 70 orang musyrikin) kalian mengatakan, ‘Dari mana datangnya kekalahan ini ?’ Katakanlah, ‘Itu dari diri kalian sendiri (kesalahan menyelisihi perintah Rasulullah )'. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Ali 'Imron: 165) مَّا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ “Seluruh kebaikan (karunia anak, kebaikan jiwa, harta, dan lain-lain) yang kamu peroleh adalah dari Allah (keutamaan, kasih, dan rahmat Allah), dan seluruh bencana (mudlorot yang menimpa harta kekayaan, kematian anak-anak, paceklik, dan lain-lain) yang menimpamu, maka dari dosa dan kesalahan dirimu sendiri”. (QS. An Nisa’: 79) Siapa saja yang memperhatikan dakwahnya para rasul dan keadaan ummatnya, akan mengetahui dengan jelas bahwa tauhid yang diserukan oleh mereka ada 3 macam. Dua macam ditetapkan dan diyakini oleh orang-orang musyrik yaitu Tauhid Ar-Rububiyyah dan Tauhid Al Asma’ wa As Shifat. Namun itu tidak memasukkan mereka ke dalam Islam. Tauhid Ar-Rububiyyah adalah menetapkan dan meyakini seluruh perbuatan Rabb (Allah ‘Azza wa Jalla) seperti : menciptakan, memberi rizki, mengatur dan menghidupkan, mematikan, dan lain-lain. Ini semua ditetapkan dan diyakini oleh orang-orang musyrik dan Allah 'Azza wa Jalla mengharuskan dengan ketetapan dan keyakinan mereka itu supaya memberikan Tauhid Al ‘Ibadah (seluruh bentuk peribadahan) hanya kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah 'Azza wa Jalla: وَلَئِن سَأَلتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ “Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka (orang-orang musyrik yang menyembah Allah dan menyembah selain-Nya), ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan ?’ Mereka akan mengatakan Allah, maka bagaimana mereka (dapat) dipalingkan (untuk memberikan seluruh peribadahan hanya kepada Allah 'Azza wa Jalla atau mentauhidkan-Nya)”. (QS. Al ‘Ankabut: 61) وَلَئِن سَأَلتَهُم مَّنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ “Dan sesugguhnya jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang musyrik), ‘Siapa yang menciptakan mereka ?’ Mereka mengatakan, ‘Allah”. (Az Zukhruf: 87) قُل مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ السَّمْعَ والأَبْصَارَ وَمَن يُخْرِجُ الحَيَّ مِنَ المَيِّتِ وَيُخْرِجُ المَيَّتَ مِنَ الحَيِّ وَمَن يُدَبِّرُ الأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللّهُ فَقُل أَفَلاَ تَتَّقُونَ “Katakanlah, ‘Siapakah yang memberikan rizki kepada kalian dari langit dan bumi, atau siapakah yang memiliki (berkuasa dan menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup (menumbuhkan tumbuhan dari biji dan sebaliknya, mengeluarkan mukmin dari kafir dan sebaliknya, mengeluarkan ayam dari telur dan sebaliknya, dan lainnya) dan siapa yang mengatur seluruh urusan ?' Maka mereka akan mengatakan, ‘Allah’. Maka katakanlah, ‘Mengapa kalian tidak bertaqwa (kepada-Nya) ?” (QS. Yunus: 31) Makna dari firman Allah 'Azza wa Jalla أَفَلاَ تَتَّقُون adalah kenapa kalian menserikatkan (menyekutukan) Allah 'Azza wa Jalla dalam beribadah, padahal kalian mengetahui, menetapkan, dan meyakini bahwa semua yang melakukan penciptaan tersebut adalah Allah 'Azza wa Jalla. Masih banyak ayat-ayat dalam Al-Qur'aan yang semakna dengan ayat-ayat tersebut yang keseluruhannya menunjukkan ketetapan dan keyakinan orang-orang musyrik akan perbuatan yang dilakukan oleh Allah 'Azza wa Jalla, yang dengan keyakinan itu tidak memasukkan mereka ke dalam Islam (mereka dihukumi sebagai orang-orang kafir). Semua itu disebabkan tidak ikhlash (murni)-nya mereka dalam memberikan peribadahan hanya kepada Allah 'Azza wa Jalla (dalam memberikan Tauhid Al ‘Ibadah hanya kepada Allah). Penetapan dan keyakinan mereka atas seluruh perbuatan Allah 'Azza wa Jalla (Tauhid Ar Rububiyah) sebagai hujjah (dalil) atas mereka karena Al Khaliq (Allah yang menciptakan seluruh makhluk-Nya) yang mereka yakini mengharuskan untuk memberikan Tauhid Al ‘Ibadah hanya kepada-Nya. Maka kewajiban manusia untuk memberikan Tauhid Al 'Ibadah (seluruh bentuk peribadahan) hanya kepada Allah 'Azza wa Jalla karena Dialah yang menciptakan, memberi rizki, mengatur, menghidupkan, mematikan, dan lain-lain atas seluruh makhluk-Nya. Yang kedua adalah Tauhid Al-Asma’ wa Ash-Shifat. Banyak sekali di dalam ayat ayat al Qur’an Allah menyebutkan tentang tauhid tersebut. Dan orang orang musyrik tidak mengingkari seluruh asma dan sifat Allah, kecuali Ar Rahman saja yang mereka ingkari, sebagaimana firman Allah : وَهُمْ يَكْفُرُونَ بِالرَّحْمَـنِ قُل هُوَ رَبِّي لا إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلتُ وَإِلَيْهِ مَتَابِ “dan mereka (musyrikin) mengingkari sifat Ar-Rahman (Sifat Allah yang menunjukkan keluasan rahmat atas seluruh makhluk). Katakanlah (Muhammad ) :’Dialah Rabb-ku, tiada ilah yang berhak disembah selain Dia.Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya aku bertaubat”.(Qs.Ar-Ra’d :30) Pengingkaran ini disebabkan karena kesombongan dan kedurhakaan mereka. Apabila mereka tidak sombong dan durhaka, niscaya mereka akan mengetahui bahwa Allah memiliki sifat Ar Rahman, sebagaimana banyak dijumpai dalam syair syair mereka. Allah berfirman: هُوَ اللَّهُ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ عَالِمُ الغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ “Dia-lah Allah yang tiada ilah yang berhak disembah kecuali Dia, yang mengetahui hal ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Rahman dan Rahim”.(Qs.Al Hasyr: 22) لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ “Tidak ada sesuatu pun yang sama dengan Dia. Dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”(QS. Asy Syuraa: 11). فَلاَ تَضْرِبُواْ لِلّهِ الأَمْثَالَ إِنَّ اللّهَ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ “Maka janganlah engkau mengadakan sesuatupun sekutu bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui dan kalian tidak mengetahui.”(QS. An Nahl: 74). Dan masih banyak ayat ayat yang semakna dengan ayat di atas, yang keseluruhannya menunjukan bahwa Allah mempunyai nama nama yang mulia dan sifat sifat yang tinggi. Nama dan sifat Allah menunjukan kesempurnaan yang mutlak bagi Dzat Nya, nama- nama Nya, sifat -sifat Nya, perbuatan -perbuatan Nya. Tidak ada yang menyamai satupun dari makhluk Nya. Salaful ummah yaitu generasi sahabat, tabi’in, atba’at tabi’in, telah bersepakat atas kewajiban untuk beriman kepada seluruh ayat ayat Al Qur’an dan hadits - hadits yang shahih yang mengkhabarkan nama dan sifat Allah , dan beriman bahwa Allah mempunyai sifat - sifat tersebut secara hakiki dan bukan sebagai sifat kiasan atau mengubah makna sesungguhnya. Nama- nama dan sifat Allah sesuai dengan kesempurnaan dan kebesaran Nya. Tidak ada satu makhlukpun yang sebanding atau serupa dengan Nya. Tidak ada yang mengetahui kaifiyahnya ( bentuk dari sifat sifat Allah ) kecuali hanya Dia sendiri yang mengetahui . Allah mempunyai sifat sifat yang hakiki sesuai dengan makna dhohir dari Al Qur’an dan hadits ( misalnya mengkabarkan bahwa Allah mempunyai wajah dan tangan). Itu semua hakiki atas Allah dan tidak ada yang serupa dengan Nya dari makhlukya sebagaimana firman Allah: لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ “Tidak ada sesuatupun yang sama dengan Dia. Dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”(QS. Asy Syuuro: 11). (bersambung) (Diterjemahkan dari risalah fatawa Asy Syaikh Al ‘Allamah ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz rahimahullah oleh Al Ustadz Abu ‘Isa Nurwahid) Sumber : Buletin Da'wah Al Atsary, Semarang (Edisi VI) |
Tuesday, 31 December 2013
TAUHID ADALAH DAKWAHNYA SELURUH RASUL (Bagian Kedua)
Published :
12/31/2013 01:06:00 pm
Author :
Unknown
Propaganda Sinkretisme Agama
Published :
12/31/2013 01:05:00 pm
Author :
Unknown
Propaganda Sinkretisme
Agama Selasa, 25-April-2006 Penulis: Dewan Fatwa Ulama dan Riset Ilmiyah Arab Saudi
Segala puji bagi Allah semata. Shalawat dan salam atas
Nabi Muhammad shallallahu'alaihi wasallam -tidak ada nabi setelahnya- dan kepada
keluarga, para shahabatnya serta orang-¬orang yang mengikuti jejak) mereka
dengan baik hingga hari kiamat. Kemudian
Segala puji bagi Allah semata. Shalawat dan salam atas Nabi Muhammad shallallahu'alaihi wasallam -tidak ada nabi setelahnya- dan kepada keluarga, para shahabatnya serta orang-orang yang mengikuti jejak) mereka dengan baik hingga hari kiamat. Kemudian Sesungguhnya (Lajnah Ad Da'imah Divisi Penelitian Ilmiah dan Komisi Fatwa Kerajaan Arab Saudi) telah mengeluarkan fatwa, menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang dilayangkan kepada lajnah tentang beberapa pemikiran dan makalah yang kian marak diekspos di media-media informasi seputar masalah seruan sinkretisme agama (penyatuan agama), antara Agama Islam, Yahudi, dan Nasrani. Demikian pula beberapa problematika yang merupakan dampak dari propaganda tersebut, seperti masalah pembangunan masjid, gereja dan tempat peribadatan Yahudi dalam satu kawasan. Baik lingkungan universitas, bandara penerbangan maupun di tempat-¬tempat umum. Begitu pula seruan untuk mencetak Al Qur'an Al Karim, Taurat dan Injil dalam satu jilid. Dan masih banyak lagi dampak propaganda penyatuan agama tersebut. Demikian pula muktamar-muktamar, seminar dan yayasan-yayasan di barat dan di timur yang diselenggarakan dan didirikan untuk tujuan tersebut. Setelah menela’ah dan mempelajarinya, maka Lajnah Ad Daimah menetapkan sebagai berikut Pertama Sesungguhnya termasuk pokok-pokok keyakinan di dalam Islam, yang telah diketahui secara pasti dan disepakati oleh kaum muslimin adalah bahwasanya tidak ditemukan di muka bumi ini satu agama pun yang benar selain agama Islam. Islam adalah agama penutup sekaligus penghapus seluruh agama maupun syari'at sebelumnya. Jadi tidak ada lagi agama pun yang eksis di muka bumi ini yang boleh digunakan sebagai pedoman ibadah selain agama Islam. Allah Ta'ala berfirman: "Barangsiapa mencari agama selain Islam maka tidak akan diterima darinya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang merugi."(Ali Imron : 85) Islam setelah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam merupakan agama yang dibawa oleh beliau, bukan agama selainnya. Kedua: Termasuk pokok-pokok keyakinan di dalam Islam, bahwa Kitabullah Ta'ala (Al Qur'an Al Karim) adalah Kitab Allah terakhir yang diturunkan dan telah mendapat jaminan dari Rabb semesta alam. Sebagai penghapus bagi semua kitab yang diturunkan sebelumnya seperti Taurat, Injil dan selainnya. Sebagai penyempurna terhadap kitab-kitab terdahulu. Maka tidak ada sebuah kitab pun yang diturunkan setelah diutusnya Nabi Muhammad shallallahu'alaihi wasallam selain Al Qur'an Al Karim.. Allah Ta'ala berfirman "Dan Kami telah menurunkan Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu ; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. "(Al Maidah : 48). Ketiga Wajib mengimani bahwasanya Taurat dan Injil telah dihapus dengan turunnya Al Qur'an Al Karim. Keduanya telah mengalami tahrif (perubahan) dan tabdil (diganti) dengan penambahan maupun pengurangan. Sebagaimana dijelaskan perihal tersebut pada beberapa ayat dalam Kitabullah Al Karim, diantaranya firman Allah Ta'ala "(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya. Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan engkau (Muhammad) senantiasa akan melihat penghianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat). "(AI Maidah : 13) Firman-Nya Jalla wa `Ala : "Maka kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang menulis Al kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya :"Ini dari Allah ". (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan. "(AI Baqarah : 79). Dan firman-Nya yang Maha Suci : "Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan : "la (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahui." (Ali Imron : 78) Oleh karena itu, kebenaran apa saja yang terdapat pada agama-agama tersebut, maka telah dihapus dengan Islam. Adapun selain itu, telah mengalami penyimpangan dan perubahan. Diriwayatkan dari Nabi shallallahu'alaihi wasallam bahwasanya Beliau marah tatkala melihat Umar ibnul Khaththab (memegang) lembaran Taurat. Maka (Beliau) 'alaihish sholatu wassalam bersabda : “Apakah engkau masih ragu wahai Ibnul Khaththab ?! Bukankah telah datang agama yang putih lagi bersih ? Seandainya saudaraku Musa masih hidup saat ini, niscaya tidak ada keluwesan bagi dia melainkan mengikuti syari'atku." (HR Ahmad,Ad Darimi dan selain keduanya). Keempat Termasuk pokok-pokok keyakinan di dalam Islam adalah bahwa Nabi dan Rasul kita Muhammad shallallahu'alaihi wasallam adalah penutup para nabi dan rasul. Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman: "Bukanlah Muhammad itu bapak salah seorang diantara kalian melainkan seorang utusan Allah dan penutup para nabi." (AI Ahzab : 40) Maka tidak ada lagi seorang rasul yang wajib diikuti selain Muhammad shallallahu'alaihi wasallam. Seandainya ada seorang nabi dari nabi-nabi Allah dan rasul-rasul-Nya yang masih hidup, niscaya akan mengikut syari'at Beliau shallallahu'alaihi wasallam. Begitu pula para pengikut nabi-nabi tersebut. Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman: "Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi : "Sungguh apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya." Allah berfirman "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu ?" Mereka menjawab "Kami mengakui. "Allah berfirman : "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan aku menjadi saksi pula bersama kamu." (Ali Imron : 81) Nabi Isa `alaihish sholatu wasallam tatkala turun di akhir zaman, beliau akan mengikuti Nabi Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam dan berhukum dengan syari'atnya. Allah Ta'ala berfirman: "(Yaitu) orang-orang yang mengikuti rasul, nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil. " (Al A'raf : 157). Demikian pula, termasuk pokok-pokok keyakinan di dalam Islam bahwa nabi Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam diutus untuk segenap manusia. Allah Ta'ala berfirman: "Dan tidaklah engkau diutus melainkan untuk seluruh manusia, sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui"(Saba: 28). Allah Ta'ala berfirman ; "Katakanlah (wahai Muhammad) "Wahai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk kalian seluruhnya." (Al A'raf : 158) dan juga dalam ayat-ayat yang lain. Kelima : Termasuk pokok-pokok Islam : bahwa wajib meyakini kafirnya setiap orang yang tidak masuk ke dalam Islam. Baik dari kalangan Yahudi, Nashara maupun selainnya. Dan menyebutnya sebagai orang kafir. Orang tersebut adalah musuh Allah, rasul-¬Nya dan kaum muslimin, serta termasuk penduduk neraka, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman : "Orang-orang kafir yakni Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. "(Al Bayyinah : 6). Diriwayatkan dalam Shahih Muslim, bahwasanya Nabi shallallahu'alaihi wasallam bersabda : "Dan demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tangan¬Nya, tidaklah mendengar salah seorang dari kalangan umat ini, Yahudi maupun Nashrani, kemudian dia mati dan tidak beriman dengan yang aku diutus dengannya (agama Islam), melainkan dia termasuk penghuni api neraka. " Oleh karena itu, barangsiapa yang tidak mengkafirkan Yahudi dan Nashara berarti dia kafir, sesuai dengan kaidah sya'riat :(Barangsiapa tidak (menvonis) kekafiran kaum kafir berarti dia (dianggap) Kafir). Ke’enam: Sehubungan dengan adanya pokok-pokok keyakinan dan hakikat-hakikat syari'at ini, maka sesungguhnya seruan kepada sinkretisme agama dan pola pendekatan antara agama tersebut lalu menggabungkannya dalam satu kesatuan merupakan propaganda dan makar yang sangat keji. Misi propaganda tersebut adalah men-campuraduk-kan antara kebenaran dan kebatilan, menghancurkan Islam, merobohkan sendi-sendinya, serta menggiring pengikutnya kepada kemurtadan yang menyeluruh. Hal ini dibenarkan oleh firman Allah yang Maha Suci : "Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran) seandainya mereka sanggup. '(AI Baqarah : 217). Allah Ta'ala berfirman : "Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka)." (An Nisa : 89). Ketujuh : Sesungguhnya pengaruh dari propaganda buruk ini adalah dikorbankannya prinsip yang membedakan antara Islam dengan Kafir, antara yang hak dengan yang batil, kebaikan dengan kemungkaran, serta meruntuhkan batas pemisah antara kaum muslimin dengan kaum kafir. Sehingga tidak ada lagi wala' (loyalitas) baro' (kebencian), serta tidak ada lagi seruan jihad dan berperang untuk meninggikan kalimatullah di muka bumi ini. Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Suci berfirman : Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul¬-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. "(At Taubah : 29). Dan Allah Azza Wa Jalla berfirman : "Perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwasanya 'Allah beserta orang-orang yang bertakwa." (At Taubah : 36) Kedelapan : Bahwasanya propaganda sinkretisme agama, jika bersumber dari seorang muslim, maka dia dianggap secara jelas telah murtad. Karena perkara tersebut bertentangan dengan pokok-pokok keyakinan agama Islam. Propaganda tersebut meridhoi kekafiran kepada Allah dan menganggap batilnya kebenaran Al-Qur'an clan keberadaannya sebagai penghapus kitab-kitab terdahulu. Sekaligus membatalkan agama Islam sebagai penghapus segenap syari'at dan agama sebelumnya. Semua ini dibangun di atas pemahaman yang rusak, dan diharamkan secara pasti dengan seluruh dalil-dalil syari'at dari Al Qur'an dan As Sunnah serta ijma' (Kesepakatan umat). Kesembilan : Maka berdasarkan pernyataan di atas : 1. Sesungguhnya tidak boleh bagi seorang muslim -yang beriman kepada Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama yang benar dan Muhammad Shallallahu'alaihi wa sallam sebagai nabi dan rasul- menyeru kepada pemahaman keji tersebut. Menyebarkannya diantara kaum muslimin, terlebih lagi menyambut seruan itu. Kemudian mengikuti muktamar, seminar, serta perkumpulan mereka. 2. Tidak boleh bagi seorang muslim mencetak Taurat dan Injil, terlebih lagi digabung dengan Al Qur'an AI Karim dalam satu cetakan !!. Barangsiapa yang melakukan atau menyeru untuk melakukannya, maka dia berada dalam kesesatan yang jauh. Sebab dengan perbuatan tersebut, berarti menggabungkan antara kitab yang hak (yaitu Al Qur'an Al Karim) dengan Al Muharrif (kitab yang telah diubah-ubah) atau dengan kitab yang telah dihapus (yaitu Taurat dan Injil). 3. Tidak dibenarkan bagi setiap muslim menyambut seruan untuk membangun masjid, gereja dan tempat peribadahan Yahudi dalam satu kawasan. Karena hal ini sama saja menggabungkan antara agama yang menyembah Allah, dengan agama selainnya dan mengingkari keunggulan agama Islam atas selainnya. Serta tidak boleh menyeru bahwa ada tiga agama sah bagi penduduk bumi, yang mereka boleh untuk memilih salah satunya. Kemudian meyakini bahwa semua agama tersebut berada di atas satu pijakan, sedangkan Islam bukanlah agama yang menghapus agama-agama sebelumnya. Maka tidak diragukan lagi bahwa ketetapan, keyakinan, atau senang dengan pemahaman seperti itu adalah kafir dan sesat. Karena hal tersebut merupakan penyelisihan yang sangat jelas terhadap Al Qur'an Al Karim dan As Sunnah yang suci serta ijma' kaum muslimin. Dan berkeyakinan bahwa perubahan agama Yahudi dan Nashara berasal dari sisi Allah. Maha Suci Allah dari yang demikian itu. Begitu pula tidak boleh menggelari gereja-gereja sebagai rumah Allah! dan menyakini para pemeluknya beribadah dengan peribadahan yang benar lagi diterima di sisi Allah. Karena sesungguhnya peribadahan yang mereka lakukan tersebut, tidak berdasarkan ajaran Islam. Allah Ta'ala berfirman : "Dan barangsiapa yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima darinya (agama itu). Dan di akhirat dia termasuk orang-orangyang merugi. " (Ali lmron: 85). Bahkan gereja-gereja itu adalah rumah-rumah tempat Allah dikufuri. Kita berlindung dari kekafiran dan pengikutnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah Ta'ala berkata : di dalam Majmu' Fatawa (22/162) : "(Bahwa) gereja dan tempat ibadah kaum Yahudi bukanlah rumah-rumah Allah. Sesungguhnya rumah-rumah Allah adalah masjid¬-masjid. Bahkan gereja adalah rumah yang Allah dikufuri padanya, walaupun dijuluki sebagai rumah Allah. Rumah-¬rumah ibadah tersebut sebanding dengan para pemeluknya. Sedangkan pemeluknya adalah kaum kafir, maka rumah-¬rumah itu adalah rumah ibadah kaum kafir." Kesepuluh : Termasuk perkara yang harus diketahui, bahwa berdakwah terhadap kaum kafir secara umum dan ahli kitab secara khusus, adalah kewajiban atas kaum muslimin berdasarkan nash-nash yang jelas dariAl Qur'an danAs Sunnah. Akan tetapi perkara tersebut tidak dapat terwujud kecuali melalui metode bayan (menjelaskan kebenaran) dan memberikan argumentasi dengan cara yang lebih baik Tanpa mengorbankan prinsip-prinsip syari'at Islam. Hal itu dilakukan agar mereka mau menerima Islam dan berkenan memeluknya. Atau dengan cara menegakkan hujjah (bukti) untuk mematahkan alasan mereka dan menyelamatkan orang-orang yang menerima kebenaran. Allah Ta'ala berfirman : "Katakanlah : "Wahai Ahli kitab, marilah (berpegang) pada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah kecuali hanya kepada Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka : "Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri kepada (Allah). "(Ali lmron : 64). Adapun dialog, adu argumentasi dan berkumpul bersama mereka dalam rangka mentolelir keinginan hawa nafsu mereka, melanggengkan misi makar mereka, serta mencari-cari kelemahan Islam dan merapuhkan pondasi keimanan ; maka hal itu adalah suatu kebatilan. Maka Allah, rasul-Nya dan kaum muslimin berlepas diri darinya. Kepada Allah lah kita memohon pertolongan atas apa yang mereka sifatkan. Allah Ta'ala berfirman : "Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkanAllah kepadamu."(AI Maidah :49). Demikianlah Lajnah menetapkan dan menjelaskan perkara-perkara di atas. Maka Lajnah memberikan nasehat kepada kaum muslimin secara umum dan Ahli Ilmu secara khusus, supaya bertakwa kepada Allah, merasa diawasi oleh-¬Nya, menjaga Islam serta memelihara akidah kaum muslimin dari kesesatan dan penyeru kesesatan, juga dari kekafiran dan pemeluknya. Lajnah memperingatkan mereka dari seruan kekafiran yang sesat ini (sinkretisme agama), dan dari terjatuh ke dalam kubang kebinasaan. Kita memohon perlindungan kepada Allah, agar setiap muslim tidak menjadi sebab masuknya kesesatan ini ke negeri-negeri kaum muslimin dan tidak menyebarkannya di tengah-tengah mereka. Kita memohon kepada Allah yang Maha Suci dengan nama-namaNya yang husna dan sifat-sifat-Nya yang Maha Tinggi agar melindungi kita semua dari berbagai fitnah kesesatan. Dan agar menjadikan kita termasuk orang yang memberi penjelasan kepada hidayah Allah dan sebagai pembela Islam di atas petunjuk dan cahaya dari Rabb kita sampai kita menjumpai-Nya dalam keadaan diridhoi¬-Nya. Wabillahi taufik, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam, beserta keluarga dan para shahabat. Dewan Fatwa Ulama dan Riset Ilmiyah Arab Saudi Ketua : Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz Wakil Ketua : Abdul Aziz bin Abdillah Alu Syaikh Anggota : Sholeh bin Fauzan Al Fauzan Anggota : Bakr bin Abdillah Abu Zaid Judul Asli : Tsalatsu Fatawa Muhimmah Judul Edisi Indonesia : Awas Kristenisasi & Bahaya Seruan Sinkretisme Agama, Penerbit : Darul Ilmi Yogyakarta |
PENYATUAN AGAMA DALAM PANDANGAN ISLAM DAN FITRAH YANG SUCI
Published :
12/31/2013 01:04:00 pm
Author :
Unknown
PENYATUAN AGAMA DALAM PANDANGAN ISLAM DAN FITRAH
YANG SUCI Jum'at, 21-April-2006 Penulis: Buletin Da'wah Al Ilmu, Jember Edisi : 45 / IV / II / 1425
Penyatuan agama atau yang populer disebut dengan
“Teologi Pluralis”, merupakan upaya penyatuan antara Islam dengan agama-agama
lainnya seperti Yahudi, Nashrani dan seluruh ajaran-ajaran menyimpang lainnya.
Konsep penyatuan agama ini termasuk makar terbesar terhadap Islam dan muslimin,
di mana seluruh musuh-musuh Islam berserikat dalam satu kalimat: “benci Islam
dan muslimin.”
Penyatuan agama atau yang populer disebut dengan “Teologi Pluralis”, merupakan upaya penyatuan antara Islam dengan agama-agama lainnya seperti Yahudi, Nashrani dan seluruh ajaran-ajaran menyimpang lainnya. Konsep penyatuan agama ini termasuk makar terbesar terhadap Islam dan muslimin, di mana seluruh musuh-musuh Islam berserikat dalam satu kalimat: “benci Islam dan muslimin.” Allah telah menerangkan dalam kitab-Nya bahwa Yahudi dan Nashrani selalu bekerja keras untuk mengeluarkan kaum muslimin dari keislamannya, menjerumuskan mereka ke dalam kekufuran serta mengajak mereka untuk menjadi Yahudi atau Nashrani. Allah berfirman: “Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekufuran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al Baqarah: 109) “Dan mereka (Yahudi dan Nashrani) berkata: ‘Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nashrani.’ Demikian itu (hanya) angan-angan kosong mereka belaka. Katakanlah: ‘Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar.” (Al Baqarah: 111) “Dan mereka berkata: Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nashrani, niscaya kamu mendapat petunjuk. Katakanlah: Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrohim yang lurus. Dan dia (Ibrohim) bukanlah termasuk dari golongan orang musyrik.” (Al Baqarah: 135) Atas dasar itulah, maka gerakan pemurtadan dan pengkafiran kaum muslimin sebenarnya telah ada pada masa Nabi , demikian pula seruan penyatuan agama yang dilakukan orang-orang musyrik Quraisy sebagaimana yang disinyalir di dalam Al Qur’an surat Al Kaafiruun. Meskipun ambisi mereka itu Allah patahkan dengan turunnya surat Al Kaafiruun tersebut. Kemudian setelah itu, muncul kembali seruan tersebut dengan slogan-slogan baru, untuk menipu orang-orang bodoh. Kali ini pemeran utamanya adalah orang-orang Yahudi dan Nashrani, mengingat gerakan pemurtadan dan pengkafiran mereka mendapat hadangan yang luar biasa dari kaun muslimin. Slogan mereka yaitu bahwa agama-agama seperti Yahudi, Nashrani, dan Islam, ibaratnya seperti keberadaan empat madzhab fiqih di tengah-tengah kaum muslimin, semua jalan pada hakekatnya menuju Allah . Slogan ini ternyata disambut baik oleh kelompok-kelompok Islam sempalan yang berafiliasi kepada paham tasawwuf di Mesir, di Syam, Persia dan negara-negara besar di selain jazirah Arab. Seruan dan slogan ini pun disambut baik oleh kelompok ekstrim Syiah Rafidhah dan yang lainnya, sampai-sampai sebagian mereka ada yang membolehkan untuk menjadi seorang Yahudi atau Nashrani. Bahkan ada pula di antara mereka yang cenderung lebih mengunggulkan agama Yahudi dan Nashrani daripada Islam. Hal ini menimpa sebagian mereka yang telah banyak terpengaruh filsafat. Pada pertengahan pertama abad ke-14 hijriyah, seruan penyatuan agama semakin dipropagandakan dengan lebih profesional, setelah sekian lama mengakar di dada para penyokongnya yang menampakkan keislaman namun menyembunyikan kekufuran dan kesesatan. Maka lahirlah sebuah organisasi gerakan yang disebut dengan Freemasonry, yakni organisasi Yahudi yang mengusung slogan Liberty, Egality, dan Fraternity (kebebasan, persamaan, dan persaudaraan), dan mempropagandakan persaudaraan universal tanpa memandang etnis, bangsa, dan agama. Organisasi ini muncul di bawah “payung” seruan penyatuan tiga agama (Yahudi, Nashrani, dan Islam), mengikis belenggu “fanatik”, dan dengan menyamakan keimanan kepada Allah maka semuanya adalah mukmin. Tercatat sebagai orang yang ikut terlibat menyebarkan seruan ini adalah Jamaluddin bin Shafdar Al Afghanii pada tahun 1314 H di Turki dan juga diikuti oleh muridnya yang sangat gigih di dalam menyuarakan seruan ini yaitu Muhammad ‘Abduh bin Hasan At-Turkumani pada tahun 1323 H di Iskandariyah (Mesir). (Lihat Shahwatur Rajulil Maridh, hal. 340, Jamaluddin Al Afghanii fil Mizan, diambil dari Al Ibthal linazhariyatil Khalath baina Dinil Islam wa Ghairihi minal Adyan, hal. 6) Sejak permulaan abad ke-14 H itulah hingga sekarang, orang-orang Yahudi dan Nashrani di bawah naungan “undang-undang dunia baru” semakin terang-terangan dalam menyuarakan penyatuan agama baik di kalangan mereka sendiri maupun di tengah-tengah kaum muslimin dengan menyelenggarakan seminar-seminar, pertemuan-pertemuan ataupun dialog terbuka antar agama dan lain sebagainya. Yang akhirnya muncul sejumlah istilah dan slogan seperti: “pendekatan antar agama”, “menghapus fanatisme beragama”, “persaudaraan antara Islam-Kristen”, “penyatuan agama”, “persatuan agama Tuhan”, “agama-agama dunia”, atau dengan menghilangkan kata agama dan menggantikan kata agama dengan kebebasan, persaudaraan, kesamaan atau keselamatan, kasih sayang dan kemanusiaan, dan seterusnya... (Lihat Al Ibthal linazhariyatil Khalath baina Dinil Islam wa Ghairihi minal Adyan, hal. 7) BAHAYA PENYATUAN AGAMA Para pembaca, demikianlah seruan-seruan setan yang senantiasa digulirkan dari masa ke masa. Meskipun berbeda-beda dan berganti-ganti istilah serta slogan, namun tujuannya tetap sama, yaitu agar kaum muslimin murtad dari agamanya. Allah berfirman: “Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran) seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni an naar (neraka), mereka kekal di dalamnya.” (Al Baqarah: 217) “Orang-orang kafir dari ahli kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya suatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu.” (Al Baqarah: 105) “Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka).” (An-Nisa: 89) “Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (An-Nisa: 101) Oleh karena itu, penyatuan agama dengan segala bentuknya merupakan musibah terbesar yang menimpa kaum muslimin dewasa ini. Memandang sama antara Islam dan kafir, haq dan bathil, hidayah dan kesesatan, kebaikan dan kemungkaran, adalah kekufuran nomor wahid. Karena Allah berfirman: “Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang mempunyai bukti yang nyata (Al Qur’an) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad) dari Allah dan sebelum Al Qur’an itu telah ada kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Qur’an. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Qur’an, maka an naar (neraka)lah tempat yang diancamkan baginya.” (Hud: 17) “Orang-orang Yahudi berkata: ‘Uzair itu putera Allah’, dan orang Nashrani berkata: ‘Al Masih itu putera Allah’. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknati mereka. Bagaimana mereka sampai berpaling? Mereka menjadikan orang-orang alim mereka, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (At-Taubah: 30-31) Allah berfirman: “Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrohim dan orang-orang yang bersamanya; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata permusuhan dan kebencian antara kami dan kamu, untuk selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” (Al Mumtahanah: 4) SIKAP MUSLIM SEJATI Oleh karena itu, seorang muslim yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai Rasulnya, tidak boleh menyambut seruan ini, tidak boleh pula terlibat dalam perkumpulan-perkumpulannya atau seminar-seminarnya. Bahkan harus menolaknya, memperingatkan dari bahayanya, mencelanya dan mengusirnya dari lingkungan-lingkungan muslimin. Sebab seruan ini adalah seruan yang bid’ah, sesat, dan kufur, mengajak untuk murtad secara sempurna dari Islam, bertolak belakang dengan prinsip-prinsip aqidah, melanggar kehormatan para rasul dan risalahnya, menolak kebenaran Al Qur’an, menolak bahwa Islam sebagai penghapus syariat-syariat sebelumnya. Seruan ini adalah seruan yang tertolak secara syariat, tidak sesuai dengan fitrah yang suci, diharamkan secara pasti dengan seluruh dalil-dalil dari AlKitab dan As Sunnah serta ijma’ (kesepakatan ulama). Oleh karena itu, bila seruan ini muncul dari seorang muslim, maka ini adalah kemurtadan yang nampak dan kekufuran yang terang-terangan.” (Lihat Al Ibthal li nazhariyatil Khalath, hal. 15). UNTAIAN FATWA Mengingat bahayanya seruan ini terhadap Islam dan muslimin, maka para ulama dari Al Lajnah Ad Daimah lil Iftaa’ yang diketuai ketika itu oleh Asy Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah mengeluarkan fatwa yang berkenaan dengan hal tersebut. Inilah (terjemahan) naskah fatwanya: “Sesungguhnya seruan kepada penyatuan agama, jika dilakukan oleh seorang muslim maka hal itu berarti kemurtadan yang nyata dari Islam, karena bertentangan dengan prinsip-prinsip aqidah, meridhai kekufuran kepada Allah, menolak kebenaran Al Qur’an dan menolak fungsinya sebagai penghapus seluruh kitab sebelumnya, dan menolak Islam sebagai penghapus seluruh syariat dan agama sebelumnya. Berdasarkan hal itu, maka pemikiran tersebut tertolak secara syariat, dan haram secara pasti dengan seluruh dalil-dalil syar’i dari Al Qur’an, As Sunnah, dan ijma’.” (Raf’ul Litsam, hal. 76) Wallahu A’lam Bish Showab MUTIARA HADITS SHAHIH Dari shahabat Abu Hurairah , Rasulullah bersabda: وَ الَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ ! لاَ يَسْمَعُ بِيْ أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُوْدِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوْتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya. Tidaklah seorangpun, baik dari Yahudi maupun Nashrani, yang mendengar tentang diutusnya aku (Muhammad ), kemudian mati dan tidak beriman dengan sesuatu yang aku diutus dengannya, kecuali dia termasuk penghuni an naar.” (Muttafaqun ‘alaihi) |
TAUHID ADALAH DAKWAHNYA SELURUH RASUL ((Bagian Pertama)
Published :
12/31/2013 01:02:00 pm
Author :
Unknown
TAUHID ADALAH DAKWAHNYA SELURUH RASUL ((Bagian
Pertama) Selasa, 18-April-2006 Penulis: Fadhilatu Asy Syaikh Al ‘Allamah Abdul Aziz bin Baaz رحمه الله
Allah telah mengutus para rasul untuk menyeru kepda al
haq (kebenaran) dan memberi petunjuk kepada seluruh makhluk Nya. Mereka diutus
untuk menyampaikan kabar gembira dan memberi peringatan, agar tidak ada hujjah
(alasan) bagi manusia dihadapan Allah ‘Azza wa Jalla.
Allah telah mengutus para rasul untuk menyeru kepda al haq (kebenaran) dan memberi petunjuk kepada seluruh makhluk Nya. Mereka diutus untuk menyampaikan kabar gembira dan memberi peringatan, agar tidak ada hujjah (alasan) bagi manusia dihadapan Allah ‘Azza wa Jalla. Mereka telah menyampaikan risalah, mengemban amanah, memberi nasehat kepada umatnya dan bersabar atas caci makiannya, serta berjihad di jalan Allah sampai Allah tegakkan (sempurnakan) risalah bagi mereka dan terputuslah seluruh udzur manusia. Allah berfirman: وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُواْ فِي الأَرْضِ فَانظُرُواْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ المُكَذِّبِينَ “dan sungguh Kami kelah mengutus rasul pada setiap umat (untuk menyeru ) agar beribadah hanya kepada Allah dan menjauhi thoghut (sesuatu yang disembah selain Allah), maka diantara mereka ada yang mendapatkan petunjuk dari Allah, dan ada pula yang telah pasti kesesatannya. Maka berjalanlah kalian di muka bumi, dan lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (menyelisihi rasul dan mendustakan Al Haq)”.(QS. Al Nahl:36)” وَمَا أَرْسَلنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّ نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُونِ “dan tidaklah kami mengutus seorang rasul sebelum kamu kecuali telah diwahyukan kepada nya bahwa sesungguhnya tidak ada Ilaah (sesembahan yang berhak untuk diibadahi) kecuali Aku (Allah). Maka beribadahlah kalian kepada-Ku.”(QS.Al Anbiya’:25) وَاسْأَل مَنْ أَرْسَلنَا مِن قَبْلِكَ مِن رُّسُلِنَا أَجَعَلنَا مِن دُونِ الرَّحْمَنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ “Dan tanyakanlah kepada para rasul yang telah Kami utus sebelum kamu (Muhammad) apakah Kami telah menjadikan atas mereka (manusia) untuk memberikan peribadahan kepada(berhala atau sesembahan )selain Allah yagn mempunyai sifat Ar Rahman,”(QS. AZ Zukhruf:45) Di dalam ayat ayat tersebut, Allah telah menjelaskan bahwa Dia telah mengutus para rasul untuk menyeru kepada manusia agar beribadah hanya kepada Allah, memperingatkan mereka dari kesyirikan, dan memberikan peribadahan kepada selain Allah. Para rasul telah mengemban amanah tersebut, dan telah menyerukan kepada menusia agar beribadah hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Mereka telah meningalkan untuk umatnya prinsip prinsip keadilan, kebaikan dan keselamatan serta kebahagiaan yang sempurna. Tugas terpenting bagi mereka adalah menyampaikan dan menerangkan risalah, adapun hidayah dan taufik untuk menerima Al haq (kebenaran) ada di tangan Allah dan bukan ditangan para rasul atau selainnya. Allah berfirman: لَّيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَـكِنَّ اللّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ “bukan kewajibanmu untuk memberikan hidayah kepada mereka, akan tetapi Allahlah yang memberi hidayah (petunjuk) bagi siapa yang dikehendaki-Nya”.(Al Baqarah : 272) لَقَدْ أَرْسَلنَا رُسُلَنَا بِالبَيِّنَاتِ وَأَنزَلنَا مَعَهُمُ الكِتَابَ وَالمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالقِسْطِ “Sesungguhnya kami telah mengutus para rasul dengan bukti bukti yagn nyata (mu’jizat, hujjah, dan dalil) dan menurunkan bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan dan kebenaran yang lurus) supaya manusia melaksanakan keadilan (mengikuti para rasul).”Al Hadiid:25) Tidak terkecuali nabi kita Muhammad j sebagai penutup, imam, dan orang yang paling mulia serta utama diantara para rasul, beliau j telah mendapatkan pertolongan dan keberhasilan dalam dakwahnya dengan sempurna. Allah telah menyempurnakan agama islam dan nikmatnya kepada beliau j dan umatnya, dan menjadikan syariat islam sebagai syariat sempurna yang mengandung seluruh bentuk kemaslahatan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk dua golongan (manusia dan jin) . Allah berfirman : اليَوْمَ أَكْمَلتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agama islam untuk kalian, telah Aku cukupkan nikmat-Ku untuk kalian, dan telah Aku ridhoi islam sebagai agama kalian”.(QS.Al Maidah:3) وَمَا أَرْسَلنَاكَ إِلاَّ كَافَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيراً وَنَذِيراً “Dan kami tidak mengutus kamu (Muhammad) kecuali sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan kepada seluruh umat manusia.”(QS.Saba:28) قُل يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعاً الَّذِي لَهُ مُلكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ لا إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ يُحْيِـي وَيُمِيتُ فَآمِنُواْ بِاللّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ “Katakanlah (wahai Muhammad),’Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah atas kalian semua (manusia dan jin), yaitu Allah yang memiliki (merajai) seluruh langit dan bumi, tidak ada Ilaah (yang berhak diibadahi) kecuali Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kalian kepada Allah dan rasulnya, nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kalimat-kalimat-Nya dan ikutilah Dia, supaya kalian mendapat petunjuk ke jalan yang lurus.”(QS.Al A’raf:158) Sungguh sedikit sekali manusia yang meng-ijabah-i (menerima) dakwahnya para rasul. Kebanyakan mereka mengingkarinya, baik disebabkan karena kebodohan, taklid (mengikuti) bapak-bapak/pendahulu mereka yang sesat, atau mengikuti hawa nafsu dan perasaan. Allah berfirman : “Bahkan mereka berkata,’Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami di atas suatu agama dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka’. Demikianlah, kami tidak mengutus sebelum kamu (Muhammad) seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri kecuali orang-orang kaya di negeri itu berkata,’sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami di atas suatu agama dan sesunggguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka.’ Katakanlah (Muhammad kepada musyrikin),’Apakah (kalian akan mengikutinya) meskipun aku membawakan untuk kalian (agama) yang lebih memberi petunjuk daripada yang kalian peroleh dari bapak-bapak kalian?’Mereka berkata,’Sesungguhnya kami mengingkari (agama) yang kamu diutus untuk menyampaikannya’. Maka kami binasakan mereka, maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan.”(QS. Az Zukhruf:22-25) Allah berfirman ketika menyebutkan berhala laata,’Uzza, dan Manat: إِنْ هِيَ إِلاَّ أَسْمَاء سَمَّيْتُمُوهَا أَنتُمْ وَآبَاؤُكُم مَّا أَنزَلَ اللَّهُ بِهَا مِن سُلطَانٍ إِن يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الأَنفُسُ وَلَقَدْ جَاءهُم مِّن رَّبِّهِمُ الهُدَى “Itu hanyalah nama-nama yang kalian dan bapak-bapak kalian ada-adakan. Allah tidak menurunkan suatu hujjah (keterangan) untuk menyembahnya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka dan hawa nafsu (yang bathil). Sesungguhnya Rabb mereka telah mendatangkan petunjuk kepada mereka.“(QS. An Najm:23) Masih banyak ayat-ayat dalam Al Qur’an yang menyebutkan pengingkaran, kedengkian, permusuhan dan kesombongan yang dilakukan manusia kepada para rasul, padahal mereka mengetahui kebenaran. Demikian juga golongan yahudi, mereka mengenal Muhammad j seperti mengenal anak-anak mereka sendiri. Akan tetapi, dengan sebab permusuhan dan kedengkian, mereka mendustakan dan tidak mau mengikuti Nabi j . Pengingkaran golongan Yahudi atas Muhammad j, juga terjadi atas Fir’aun dan kaumnya. Allah 'Azza wa Jalla berfirman menyebutkan perkataan Musa ‘alaihissalam kepada Fir’aun dan kaumnya: قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنزَلَ هَـؤُلاء إِلاَّ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ بَصَآئِرَ وَإِنِّي َلأَظُنُّكَ يَا فِرْعَونُ مَثْبُوراً “Musa ‘alaihissalam berkata, “Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tidak ada yang menurunkan mu’jizat-mu’jizat itu kecuali Rabb sekalian langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata (bagi yang mempersaksikan)....”. (QS. Al-Isro’: 102). Allah 'Azza wa Jalla berfirman tentang Fir’aun dan kaumnya: فَلَمَّا جَاءتْهُمْ آيَاتُنَا مُبْصِرَةً قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُّبِينٌ وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنفُسُهُمْ ظُلماً وَعُلُوّاً فَانظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ المُفْسِدِينَ “Maka ketika mu’jizat-mu’jizat Kami yang jelas sampai kepada mereka, mereka berkata, ‘Ini adalah sihir yang nyata’. Mereka mengingkarinya karena kedhaliman mereka (sebagai karakter mereka yang dilaknat) dan kesombongan (untuk mengikuti kebenaran), padahal mereka meyakini (kebenaran) tersebut. Maka lihatlah bagaimana keadaan dan akibat orang-orang yang berbuat kebinasaan”. (QS. An Naml: 13-14). Allah 'Azza wa Jalla berfirman tentang orang-orang kafir Quraisy yang mendustakan Muhammad j : قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِي يَقُولُونَ فَإِنَّهُمْ لاَ يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآيَاتِ اللّهِ يَجْحَدُونَ “Sesungguhnya Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, sesungguhnya mereka bukan mendustakan kamu tetapi orang-orang yang dhalim itu mengingkari ayat-ayat Allah”. (QS. Al-An’aam: 33). Orang-orang kafir Quraisy pada masa Jahiliyyah, mereka mengetahui dan mempersaksikan Muhammad j sebagai seorang yang jujur dan membawa amanah, bahkan mereka memberikan gelar Al Amin (orang yang dapat dipercaya). Ketika Muhammad j membawa risalah Islam, yang berlawanan dengan apa yang ada pada orang kafir Quraisy yakni yang mereka dapatkan dari bapak-bapak dan nenek moyang mereka, maka mereka mengingkari, mendustakan, memusuhi, mencaci maki, dan menyusun makar untuk membunuh Muhammad j . Ini adalah sunnatullah (ketetapan Allah) atas para rasul ‘alaihimussalam dan para da’i yang menyeru kepada Al Haq. Mereka akan mendapatkan ujian, pendustaan, dan permusuhan kemudian Allah akan memberikan akhir yang terbaik kepada mereka. Perkara demikian dipersaksikan di dalam ayat-ayat Al-Qur'aan dan Hadits yang shohih, juga kejadian yang ma’rufah (diketahui oleh umat manusia) dahulu maupun sekarang. Demikian juga persaksian Heraql (Raja Romawi) ketika bertanya kepada Abu Sofyan tentang keadaan Muhammad j dan permusuhan Abu Sofyan dengannya. Setelah Abu Sofyan menerangkan keadaan beliau j , maka Heraql berkata, “Demikianlah keadaan para rasul .Mereka mendapatkan ujian kemudian Allah berikan kepada mereka akhir yang terbaik”. (Bersambung) (Diterjemahkan dari Risalah Fatawa As Syaikh Al 'Allamah Abdul 'Aziz Bin Baaz rahiimahullah oleh Al Ustadz Abu 'Isa Nur Wahid) Sumber : Buletin Da'wah Al Atsary, Semarang Edisi V/Th I/1427 |
Tasyabbuh Bahaya Laten di Tengah Ummat
Published :
12/31/2013 01:01:00 pm
Author :
Unknown
Tasyabbuh Bahaya Laten di Tengah
Ummat Jum'at, 07-April-2006 Penulis: Buletin Da'wah Al Wala' Wal Bara', Bandung
Sejarah mencatat, kehidupan ummat manusia sebelum
diutusnya Rasulullah sangatlah jauh dari petunjuk Ilahi. Norma-norma kebenaran
dan akhlak mulia nyaris terkikis oleh kerasnya kehidupan. Tidak heran bila masa
itu dikenal dengan masa jahiliyyah.
Ketika kehidupan ummat manusia telah mencapai puncak kebobrokannya, Allah mengutus Rasul pilihan-Nya Muhammad bin 'Abdillah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan membawa petunjuk Ilahi dan agama yang benar, untuk mengentaskan ummat manusia dari jurang kejahiliyyahan yang gelap gulita menuju kehidupan Islami yang terang benderang. Sejarah mencatat, kehidupan ummat manusia sebelum diutusnya Rasulullah sangatlah jauh dari petunjuk Ilahi. Norma-norma kebenaran dan akhlak mulia nyaris terkikis oleh kerasnya kehidupan. Tidak heran bila masa itu dikenal dengan masa jahiliyyah. Ketika kehidupan ummat manusia telah mencapai puncak kebobrokannya, Allah mengutus Rasul pilihan-Nya Muhammad bin 'Abdillah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan membawa petunjuk Ilahi dan agama yang benar, untuk mengentaskan ummat manusia dari jurang kejahiliyyahan yang gelap gulita menuju kehidupan Islami yang terang benderang. Beliau tunjukkan semua jalan kebaikan, dan beliau peringatkan tentang jalan-jalan kebathilan. Sehingga benar-benar terasa bahwa kenabian dan apa yang beliau bawa merupakan barakah dan rahmat bagi semesta alam. "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (Al-Anbiyaa`:107) Oleh karena itu, Allah telah menobatkan beliau sebagai suri tauladan terbaik bagi ummat manusia, dan Allah perintahkan seluruh ummat manusia untuk mengikutinya. "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagi kalian." (Al-Ahzaab:21) "Dan ikutilah dia, supaya kalian mendapat petunjuk." (Al-A'raaf:158) Lebih dari itu, Allah mengancam orang-orang yang menentangnya dan menyalahi perintahnya. "Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam. Dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (An-Nisaa`:115) "Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa 'adzab yang pedih." (An-Nuur:63) Atas dasar itulah, maka segala ajaran yang menyelisihi ajaran Rasulullah adalah bathil dan tidak boleh untuk diikuti, terlebih lagi bila bersumber dari orang-orang kafir. Oleh karena itu, di antara prinsip Islam yang kokoh adalah kewajiban mengikuti jejak Rasulullah dan dilarang untuk mengikuti atau bertasyabbuh (menyerupai) orang-orang kafir dan orang-orang yang menyelisihi Rasulullah. Hakekat Tasyabbuh dan Menyelisihi Orang-Orang Kafir Pengertian Tasyabbuh Tasyabbuh secara etimologis adalah bentuk mashdar dari tasyabbaha ? yatasyabbahu yang berarti menyerupai orang lain dalam suatu perkara. Sedangkan secara terminologis adalah menyerupai orang-orang kafir dan orang-orang yang menyelisihi Rasulullah dalam hal aqidah, ibadah, perayaan/seremonial, hari-hari besar, kebiasaan, ciri-ciri dan akhlak yang merupakan ciri khas bagi mereka. Hukum Tasyabbuh dengan Orang-Orang Kafir Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, "Telah kami sebutkan sekian dalil dari Al-Qur`an, As-Sunnah, Ijma', atsar (amalan/perkataan shahabat dan tabi'in), dan pengalaman, yang semuanya menunjukkan bahwa menyerupai mereka dilarang secara global. Sedangkan menyelisihi tata cara mereka merupakan sesuatu yang disyari'atkan baik yang sifatnya wajib ataupun anjuran sesuai dengan tempatnya masing-masing." (Iqtidhaa Ash-Shiraathil Mustaqiim 1/473) Siapakah Orang-Orang Kafir yang Tidak Boleh Kita Menyerupainya? Orang-orang kafir yang tidak boleh kita menyerupainya meliputi ahlul kitab (Yahudi dan Nashara) dan orang-orang kafir lainnya. Bahaya Tasyabbuh dengan Orang-Orang Kafir Di antara bahaya dan dampak negatif tasyabbuh adalah: 1. Bahwa partisipasi dalam penampilan dan akhlak akan mewarisi kesesuaian dan kecenderungan kepada mereka, yang kemudian mendorong untuk saling menyerupai dalam hal akhlak dan perbuatan. 2. Bahwa menyerupai dalam penampilan dan akhlak, menjadikan kesamaan penampilan dengan mereka, sehingga tidak tampak lagi perbedaan secara zhahir antara ummat Islam dengan Yahudi dan Nashara (orang-orang kafir). 3. Itu terjadi pada hal-hal yang asalnya mubah. Dan bila terjadi pada hal-hal yang menyebabkan kekafiran, maka sungguh telah jatuh ke dalam cabang kekafiran. 4. Tasyabbuh dengan orang-orang kafir dalam perkara-perkara dunia akan mewariskan kecintaan dan kedekatan terhadap mereka. Lalu bagaimana dalam perkara-perkara agama? Sungguh kecintaan dan kedekatan itu akan semakin besar dan kuat, padahal kecintaan dan kedekatan terhadap mereka dapat meniadakan keimanan seseorang. 5. Lebih dari itu Rasulullah telah menyatakan, "Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari mereka." (HR. Ahmad dan Abu Dawud dari 'Abdullah bin 'Umar, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy dalam Shahiihul Jaami' no.6025) (Diringkas dari Iqtidhaa`ush Shiraathil Mustaqiim 1/93, 94 dan 550) Perkara-Perkara yang Termasuk Tasyabbuh dan Diharuskan untuk Menyelisihinya Perkara-perkara yang termasuk tasyabbuh dan diharuskan untuk menyelisihinya mencakup semua perkara yang merupakan ciri khas bagi mereka (di setiap masa) baik dalam hal aqidah, ibadah, hari-hari besar, penampilan/model, ataupun tingkah laku. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ketika mengomentari hadits Anas bin Malik, "Lakukanlah apa saja (terhadap istri kalian) kecuali nikah (jima')." (HR. Muslim no.302) "Maka hadits ini menunjukkan bahwa apa yang Allah syari'atkan kepada Nabi-Nya sangat banyak mengandung unsur penyelisihan terhadap orang-orang Yahudi. Bahkan beliau menyelisihi mereka dalam semua perkara yang ada pada mereka, sampai-sampai mereka berkomentar, 'Orang ini (Rasulullah) tidaklah mendapati sesuatu pada kami kecuali berusaha untuk menyelisihinya." (Iqtidhaa`ush Shiraathil Mustaqiim 1/214-215, 365) Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin berkata, "Tasyabbuh dengan orang-orang kafir terjadi dalam hal penampilan, pakaian, tempat makan, dan sebagainya karena ia adalah kalimat yang bersifat umum. Dalam artian, bila ada seseorang yang melakukan ciri khas orang-orang kafir, di mana orang yang melihatnya mengira bahwa ia termasuk golongan mereka (maka saat itulah disebut dengan tasyabbuh, pent)." (Majmuu' Duruus wa Fataawaa Al-Haramil Makkiy 3/367) Perkara-perkara yang merupakan ciri khas mereka tersebut terbagi menjadi tiga jenis: 1. Perkara yang disyari'atkan dalam agama kita dan juga dalam agama mereka. Atau dahulu bukan syari'at mereka namun saat ini mereka kerjakan sebagaimana kita mengerjakannya, seperti: shaum 'Asyura (10 Muharram, pent), shalat, dan shaum (puasa). Maka cara penyelisihannya adalah mengerjakannya dengan cara/tuntunan yang berbeda dengan mereka. Seperti mengiringkan shaum tasu'a (puasa 9 Muharram, pent) bersamaan dengan 'Asyura, menyegerakan berbuka dan shalat maghrib, serta mengakhirkan sahur. 2. Perkara yang disyari'atkan dalam agama mereka namun kemudian dimansukh (dihapus) secara total, seperti hari Sabtu atau kewajiban shalat/shaum tertentu. Maka diharamkan bagi kita untuk menyerupai mereka dalam perkara tersebut. Bahkan menyerupai mereka dalam perkara tersebut lebih jelek daripada menyerupai mereka dalam perkara jenis pertama. 3. Perkara yang mereka ada-adakan dalam hal ibadah, adat, atau ibadah yang berkaitan dengan adat. Maka menyerupai mereka dalam jenis ini lebih jelek daripada menyerupai mereka dalam dua jenis lainnya. (Diringkas dari Iqtidhaa`ush Shiraathil Mustaqiim 1/437-477) Bagaimana dengan Mobil, Pesawat Terbang, dan Perangkat Teknologi Lainnya? Memanfaatkan dan meniru mobil, pesawat terbang, alat-alat sains, dan teknologi lainnya bukanlah termasuk dari tasyabbuh. Karena apa yang mereka buat dan kembangkan tersebut hakekatnya bukanlah ciri khas/kekhususan yang mereka miliki. Siapa saja baik muslim ataupun kafir yang bersungguh-sungguh mempelajari dan mengembangkannya akan mampu untuk membuatnya. Demikian pula mengimpor barang-barang tersebut dari negeri-negeri kafir dan menggunakannya, bukanlah bagian dari tasyabbuh. Karena Rasulullah sendiri pernah menggunakan produk orang-orang kafir baik pakaian, bejana, dan lain sebagainya. Sebagaimana pula beliau pernah menerima hadiah dari Muqauqis, seorang raja Mesir yang beragama Nashara. Namun bila penggunaan produk mereka diiringi dengan penerapan kebiasaan, tata cara, dan aturan yang merupakan ciri khas dari mereka (orang-orang kafir) maka yang demikian dilarang dan termasuk dari tasyabbuh. (Diringkas dari Muqaddimah (Muhaqqiq) Iqtidhaa` Ash-Shiraathil Mustaqiim 1/48 dengan beberapa tambahan) Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin berkata, "Adapun sesuatu yang sudah tersebar di kalangan ummat Islam dan orang-orang kafir, maka penyerupakan dalam hal ini diperbolehkan walaupun asalnya dari orang-orang kafir, selama bukan sesuatu yang dzatnya haram seperti pakaian sutra (untuk laki-laki, pent)." (Majmuu' Duruus wa Fataawaa Al-Haramil Makkiy 3/367) Bagaimana dengan Pantalon? Asy-Syaikh Al-Albaniy berkata, "Pada pantalon (celana panjang yang umum dipakai kaum laki-laki saat ini, red.) ada dua musibah: 1. Pemakainya menyerupai orang-orang kafir, karena ummat Islam dahulu memakai sirwal (celana) yang luas dan lebar, yang sampai hari ini sebagiannya masih dipakai di Syiria dan Lebanon. Ummat Islam tidaklah mengenalnya kecuali setelah masa penjajahan. Dan ketika para penjajah itu hengkang, mereka tinggalkan peninggalan-peninggalan yang jelek, yang akhirnya diambil oleh (sebagian besar) ummat Islam karena kebodohannya. 2. Bahwasanya pantalon itu membentuk 'aurat, karena 'aurat laki-laki adalah dari lutut hingga pusar. Seorang yang mengerjakan shalat sudah seharusnya menjauhkan diri dari maksiat, lalu bagaimana dengan seseorang yang dalam keadaan sujud kepada Allah sementara kedua pantatnya bahkan di antara keduanya tampak membentuk (karena shalat memakai pantalon, pent)?! Bagaimana orang ini mengerjakan shalat (dalam keadaan demikian) sedangkan dia sedang menghadap Rabb Semesta Alam?!..." (Al-Qaulul Mubiin fii Akhthaa`il Mushalliin hal.20-21) Bagaimana Membangun Tempat Ibadah di Bekas Tempat-Tempat Kekafiran dan Kemaksiatan? Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, "Adapun tempat-tempat kekafiran dan kemaksiatan yang belum pernah terjadi padanya 'adzab Allah, jika dijadikan sebagai tempat yang bernuansa keimanan dan ketaatan maka bagus (bukan termasuk tasyabbuh). Nabi telah memerintahkan penduduk Thaif agar membangun masjid di tempat sesembahan yang dahulu mereka punyai. Demikian pula penduduk Yamamah agar membangun masjid di tempat yang dahulu sebagai sinagog. Bahkan masjid beliau asalnya adalah kuburan orang-orang musyrikin (beliau bangun setelah dipindahkannya semua kuburan-kuburan tersebut ke tempat lain)." (Iqtidhaa`ush Shiraathil Mustaqiim 1/266-267) Apakah Tasyabbuh Harus dengan Niat? Suatu amalan yang menyerupai ciri khas orang-orang kafir akan dihukumi sebagai tasyabbuh, walaupun tidak ada niatan untuk menyerupainya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, "Demikian pula larangan tasyabbuh dengan mereka, mencakup perkara-perkara yang engkau niatkan untuk menyerupai mereka dan juga yang tidak engkau niatkan untuk menyerupai mereka." (Iqtidhaa`ush Shiraathil Mustaqiim 1/473, 1/219-220, 226-227 dan 272) Hikmah Menyelisihi Orang-Orang Kafir Menyelisihi orang-orang kafir mempunyai hikmah yang sangat besar bagi ummat Islam. Di antara hikmahnya adalah: 1. Menyelisihi mereka dalam perkara-perkara yang zhahir (penampilan dan akhlak) merupakan suatu maslahat bagi orang-orang yang beriman. Dengan itu akan tampak perbedaan penampilan yang dapat menjauhkan mereka dari perbuatan-perbuatan para penghuni neraka tersebut. 2. Bahwasanya cara/jalan yang mereka miliki tidak keluar dari dua keadaan: merusak atau mempunyai kelemahan. Karena seluruh amalan yang mereka ada-adakan dalam agama dan juga yang masukh (terhapus dengan syari'at Islam) sifatnya merusak. Sedangkan amalan-amalan mereka yang tidak mansukh mempunyai banyak kelemahan, dan masih mengalami proses penambahan atau pengurangan dalam syari'at Islam. 3. Menyelisihi mereka merupakan sebab jayanya agama Islam. 4. Menyelisihi mereka termasuk tujuan utama diutusnya Rasulullah. 5. Dengan menyelisihi mereka akan terbedakan antara seorang muslim dengan seorang kafir, dan tidak saling menyerupai satu dengan yang lainnya. (Diringkas dari Iqtidhaa`ush Shiraathil Mustaqiim 1/197, 198, 209 dan 365) [Diambil dari Asy-Syariah No.11/I/1425H/2004 hal.5-8] Bagaimana dengan Valentine Day? Valentine Day adalah hari bersejarah bagi orang-orang kafir (khususnya Nashara) dan merupakan salah satu ciri khas mereka yang selalu diperingati (dikenang dan diramaikan) pada setiap tanggal 14 Februari. Mereka menyebutnya sebagai hari kasih sayang dan cinta. Mereka saling memberikan bunga, tanda cinta dan sejenisnya kepada teman/kekasihnya. Oleh karena valentine day merupakan salah satu kekhususan/ciri khas orang-orang kafir maka kita ummat Islam dilarang untuk ikut mengenang dan meramaikannya. Baik dengan memberikan bunga, hadiah, tanda cinta dan sejenisnya kepada seseorang. Di samping itu, Islam telah melarang pacaran dan hal-hal yang mengarah ke sana seperti khalwat (berdua-duaan), ikhtilath dan sebagainya, yang perbuatan ini merupakan salah satu budaya dan kebiasaan orang-orang kafir. Termasuk yang dilarang adalah ikut berjualan bunga, boneka, makanan, kueh atau coklat yang berbentuk hati dan sebagainya dalam rangka meramaikan hari tersebut. Demikian juga dilarang bagi kita untuk menampakkan kegembiraan pada hari tersebut. Janganlah kita menjadi orang-orang yang ikut andil dan meramaikan hari-hari raya atau hari-hari kekhususan mereka. "Dan janganlah kalian tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." (Al-Maa`idah:2) "Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari mereka." (HR. Ahmad dan Abu Dawud dari 'Abdullah bin 'Umar) Semoga pembahasan tentang tasyabbuh ini menjadi secercah cahaya yang dengannya Allah menunjuki kita untuk selalu mengikuti jejak Rasulullah dan para shahabatnya, dan menjauhkan kita dari jalan orang-orang kafir para penghuni neraka. Aamiin. Wallaahu A'lam. (fdawj.co.nr) |
Kemiskinan yang Kalian Takutkan?
Published :
12/31/2013 12:59:00 pm
Author :
Unknown
Kemiskinan yang Kalian
Takutkan? Rabu, 05-April-2006 Penulis: Buletin Da'wah Al Wala Wal Bara', Bandung
Kebanyakan manusia takut terjatuh ke dalam kemiskinan.
Mereka berusaha dengan berbagai cara untuk menghindarinya. Mereka begitu sedih
dan berduka cita ketika mengalami kekurangan harta. Bahkan sampai-sampai di
antara mereka ada yang menukar agamanya hanya untuk mendapatkan sebagian harta
benda duniawi. Seperti datang ke dukun, paranormal dan yang sejenisnya untuk
meminta jimat, jampi-jampi dan sejenisnya kepada mereka. Atau memelihara/meminta
bantuan makhluk halus (baca:jin) dalam rangka mendapat kekayaan. Dengan ini
mereka telah menjual aqidah dan agamanya dengan kesenangan duniawi yang rendah
dan sesaat. Nas`alullaahas salaamah wal 'aafiyah.
Kebanyakan manusia takut terjatuh ke dalam kemiskinan. Mereka berusaha dengan berbagai cara untuk menghindarinya. Mereka begitu sedih dan berduka cita ketika mengalami kekurangan harta. Bahkan sampai-sampai di antara mereka ada yang menukar agamanya hanya untuk mendapatkan sebagian harta benda duniawi. Seperti datang ke dukun, paranormal dan yang sejenisnya untuk meminta jimat, jampi-jampi dan sejenisnya kepada mereka. Atau memelihara/meminta bantuan makhluk halus (baca:jin) dalam rangka mendapat kekayaan. Dengan ini mereka telah menjual aqidah dan agamanya dengan kesenangan duniawi yang rendah dan sesaat. Nas`alullaahas salaamah wal 'aafiyah. Benarkah kemiskinan yang perlu kita takutkan? Benarkah kemiskinan yang dikhawatirkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam atas ummatnya? عَنْ عَمْرو بْنِ عَوْفٍ الأَنْصَارِيِّ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ بَعَثَ أَبَا عُبَيْدَةَ بْنَ الْجَرَّاحِ إِلَى الْبَحْرَيْنِ يَأْتِي بِجِزْيَتِهَا، فَقَدِمَ بِمَالٍ مِنَ الْبَحْرَيْنِ، فَسَمِعَتِ الأَنْصَارُ بِقُدُوْمِ أَبِي عُبَيْدَةَ، فَوَافَوْا صَلاَةَ الْفَجْرِ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ، فَلَمَّا صَلَّى رَسُوْلُ اللهِ، اِنْصَرَفَ، فَتَعَرَّضُوْا لَهُ، فَتَبَسَّمَ رَسُوْلُ اللهِ حِيْنَ رَآهُمْ، ثُمَّ قَالَ: ((أَظُنُّكُمْ سَمِعْتُمْ أَنَّ أَبَا عُبَيْدَةَ قَدِمَ بِشَيْءٍ مِنَ الْبَحْرَيْنِ)) فَقَالُوْا: أَجَل يَا رَسُوْلَ اللهِ، فَقَالَ: ((أَبْشِرُوْا وَأَمِّلُوْا مَا يَسُرُّكُمْ، فَوَاللهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوْهَا كَمَا تَنَافَسُوْهَا، فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ)) Dari 'Amr bin 'Auf Al-Anshariy radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus Abu 'Ubaidah Ibnul Jarrah radhiyallahu 'anhu ke negeri Bahrain untuk mengambil upeti dari penduduknya (karena kebanyakan mereka adalah Majusi �pent). Lalu dia kembali dari Bahrain dengan membawa harta. Maka orang-orang Anshar mendengar kedatangan Abu 'Ubaidah. Lalu mereka bersegera menuju masjid untuk melaksanakan shalat shubuh bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selesai shalat beliau pun berpaling (menghadap ke arah mereka). Lalu mereka menampakkan keinginannya terhadap apa yang dibawa Abu 'Ubaidah dalam keadaan mereka butuh kepadanya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun tersenyum ketika melihat mereka. Kemudian beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Aku menduga kalian telah mendengar bahwa Abu 'Ubaidah telah datang dengan membawa sesuatu (harta) dari Bahrain." Maka mereka menjawab, "Tentu Ya Rasulullah." Lalu beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Bergembiralah dan harapkanlah apa-apa yang akan menyenangkan kalian. Maka demi Allah! Bukan kemiskinan yang aku khawatirkan atas kalian. Akan tetapi aku khawatir akan dibentangkan dunia atas kalian sebagaimana telah dibentangkan atas orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian pun berlomba-lomba padanya sebagaimana mereka berlomba-lomba padanya. Kemudian dunia itu akan menghancurkan kalian sebagaimana telah menghancurkan mereka." (HR. Al-Bukhariy no.3158 dan Muslim no.2961) Jangan Takut dengan Kemiskinan! Ketika Abu 'Ubaidah kembali dengan membawa harta dari negeri Bahrain, terdengarlah hal ini oleh orang-orang Anshar. Lalu mereka pun bersegera mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk melaksanakan shalat shubuh. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selesai shalat, mereka menampakkan keinginannya terhadap apa yang dibawa Abu 'Ubaidah dalam keadaan mereka butuh kepadanya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun tersenyum yakni tertawa tanpa mengeluarkan suara. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam tersenyum karena mereka datang dalam keadaan mengharapkan harta. Lalu beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Aku menduga kalian telah mendengar bahwa Abu 'Ubaidah telah datang dengan membawa sesuatu (harta) dari Bahrain." Maka mereka menjawab, "Tentu Ya Rasulullah." Yakni kami telah mendengarnya dan kami sengaja datang untuk mendapatkan bagian kami. Kemudian beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Bergembiralah dan harapkanlah apa-apa yang akan menyenangkan kalian. Maka demi Allah! Bukan kemiskinan yang aku khawatirkan atas kalian." Berarti kemiskinan bukanlah yang dikhawatirkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam atas kita. Bahkan kadang-kadang kemiskinan bisa menjadi kebaikan bagi seseorang ketika dia bersabar dan tetap taat kepada Allah ? dalam kemiskinannya tersebut. Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Bukan kemiskinan yang aku khawatirkan atas kalian." Yakni aku tidak mengkhawatirkan kemiskinan atas kalian. Karena sesungguhnya orang yang miskin secara umum lebih dekat kepada kebenaran daripada orang yang kaya. Perhatikanlah oleh kalian keadaan para rasul! Siapakah yang mendustakan mereka? Yang mendustakan mereka adalah para pembesar kaumnya, orang-orang yang paling jeleknya dan orang-orang kaya. Dan sebaliknya, kebanyakan yang mengikuti mereka adalah orang-orang miskin. Sampai pun Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, kebanyakan yang mengikuti beliau adalah orang-orang miskin. Maka kemiskinan bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Jangan sampai kita takut miskin atau tidak bisa makan. Jangan sampai selalu terbetik dalam hati kita, "Besok kita makan apa?" Jangan khawatir! Yang penting kita berusaha mencari rizki dengan cara yang halal, berdo'a dan bertawakkal kepada Allah. Karena sesungguhnya Allah telah menjamin rizki seluruh makhluk-Nya. وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللهِ رِزْقُهَا "Dan tidak ada suatu yang melata pun (yakni manusia dan hewan) di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya." (Huud:6) Bahkan sesuatu yang harus kita khawatirkan adalah ketika dibentangkan dunia kepada kita. Yakni ketika kita diuji dengan banyaknya harta benda. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Akan tetapi aku khawatir akan dibentangkan dunia atas kalian sebagaimana telah dibentangkan atas orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian pun berlomba-lomba padanya sebagaimana mereka berlomba-lomba padanya. Kemudian dunia itu akan menghancurkan kalian sebagaimana telah menghancurkan mereka." Menghancurkan kalian artinya menghilangkan agama kalian yakni dikarenakan dunia, kalian menjadi lalai dan meninggalkan ketaatan kepada Allah. Bahayanya Dunia bagi Seorang Muslim Dunia sangat berbahaya bagi seorang muslim. Inilah kenyataannya. Lihatlah keadaan orang-orang di sekitar kita. Ketika mereka lebih dekat kepada kemiskinan (yakni dalam keadaan miskin), mereka lebih bertakwa kepada Allah dan lebih khusyu'. Rajin shalat berjama'ah di masjid, menghadiri majelis 'ilmu dan lain-lain. Namun, ketika banyak hartanya, mereka semakin lalai dan semakin berpaling dari jalan Allah. Dan muncullah sikap melampaui batas dari mereka. Akhirnya, sekarang manusia menjadi orang-orang yang selalu merindukan keindahan dunia dan perhiasannya: mobil, rumah, tempat tidur, pakaian dan lain-lainnya. Dengan ini semuanya, mereka saling membanggakan diri antara satu dengan lainnya. Dan mereka berpaling dari amalan-amalan yang akan memberikan manfaat kepadanya di akhirat. Jadilah majalah-majalah, koran-koran dan media lainnya tidaklah membicarakan kecuali tentang kemegahan dunia dan apa-apa yang berkaitan dengannya. Dan mereka berpaling dari akhirat, sehingga rusaklah manusia kecuali orang-orang yang Allah kehendaki. Maka kesimpulannya, bahwasanya dunia ketika dibukakan �kita memohon kepada Allah agar menyelamatkan kami dan kalian dari kejelekannya- maka dunia itu akan membawa kejelekan dan akan menjadikan manusia melampaui batas. كَلاَّ إِنَّ الإِنْسَانَ لَيَطْغَى. أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَى "Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup." (Al-'Alaq:6-7) Dan sungguh Fir'aun telah berkata kepada kaumnya, يَاقَوْمِ أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهَذِهِ الأَنْهَارُ تَجْرِي مِنْ تَحْتِي أَفَلاَ تُبْصِرُونَ "Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kalian tidak melihat(nya)?" (Az-Zukhruf:51) Fir'aun berbangga dengan dunia. Oleh karena itulah, maka dunia adalah sesuatu yang sangat berbahaya. Hadits di atas mirip dengan hadits berikut: عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: جَلَسَ رَسُوْلُ اللهِ عَلَى الْمِنْبَرِ، وَجَلَسْنَا حَوْلَهُ، فَقَالَ: ((إِنَّ مِمَّا أَخَافُ عَلَيْكُمْ مِنْ بَعْدِي مَا يُفْتَحُ عَلَيْكُمْ مِنْ زَهْرَةِ الدُّنْيَا وَزِيْنَتِهَا)) Dari Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam duduk di atas mimbar dan kami pun duduk di sekitar beliau. Lalu beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya di antara yang paling aku takutkan atas kalian sepeninggalku adalah ketika dibukakan atas kalian keindahan dunia dan perhiasannya." (HR. Al-Bukhariy no.1465 dan Muslim no.1052) Dunia Itu Manis dan Hijau Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan tentang keadaan dunia sekaligus memperingatkan ummatnya dari fitnahnya. عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: ((إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللهَ تَعَالَى مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيْهَا، فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُوْنَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ)) Dari Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau. Dan sesungguhnya Allah subhanahu wa ta'ala menjadikan kalian pemimpin padanya. Lalu Dia akan melihat bagaimana amalan kalian. Maka takutlah kalian dari fitnahnya dunia dan takutlah kalian dari fitnahnya wanita." (HR. Muslim no.2742) Sabda beliau shallallahu 'alaihi wa sallam, "Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau." Yakni manis rasanya dan hijau pemandangannya, memikat dan menggoda. Karena sesuatu itu apabila keadaannya manis dan sedap dipandang mata, maka dia akan menggoda manusia. Demikian juga dunia, dia manis dan hijau sehingga akan menggoda manusia. Akan tetapi beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga menyatakan, "Dan sesungguhnya Allah subhanahu wa ta'ala menjadikan kalian pemimpin padanya." Yakni Dia menjadikan kalian pemimpin-pemimpin padanya, sebagian kalian menggantikan sebagian yang lainnya dan sebagian kalian mewarisi sebagian yang lainnya. "Lalu Dia akan melihat bagaimana amalan kalian." Apakah kalian mengutamakan dunia atau akhirat? Karena inilah beliau shallallahu 'alaihi wa sallam memperingatkan, "Maka takutlah kalian dari fitnahnya dunia dan takutlah kalian dari fitnahnya wanita." Harta dan Kekayaan yang Bermanfaat Akan tetapi apabila Allah memberikan kekayaan kepada seseorang, lalu kekayaannya tersebut membantunya untuk taat kepada Allah, dia infakkan hartanya di jalan kebenaran dan di jalan Allah, maka jadilah dunia itu sebagai kebaikan. Kita semua tidak bisa lepas dari dunia secara keseluruhan. Kita butuh tempat tinggal/rumah, kendaraan, pakaian dan lain sebagainya. Bahkan kalau benda-benda tadi kita gunakan untuk membantu ketaatan kepada Allah niscaya kita mendapatkan pahala. Sebagai contohnya adalah kendaraan. Kita gunakan untuk menghadiri majelis 'ilmu atau kegiatan lainnya yang bermanfaat. Bahkan kita pun bisa mengajak teman-teman ikut bersama kita. Dengan menggunakan kendaraan sendiri kita bisa menghindari kemaksiatan seperti ikhtilath (campur baur antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram) dan lainnya. Akan tetapi jangan sampai kendaraan ataupun harta benda duniawi menjadikan kita bangga, sombong sehingga akhirnya merendahkan dan meremehkan orang lain. Jadikan harta tersebut sebagai alat bantu untuk taat kepada Allah yang dengannya kita bisa menjadi orang yang bersyukur. Bahkan sebagian 'ulama mewajibkan untuk memiliki kendaraan pribadi. Dengan kendaraan tersebut seorang muslim akan terhindar dari ikhtilath dan kemaksiatan lainnya. Sedangkan menghindari maksiat adalah wajib. Sementara di dalam kaidah ushul fiqh disebutkan, "Suatu kewajiban tidak akan sempurna kecuali dengan sesuatu maka sesuatu itu adalah wajib." Akan tetapi tentunya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Jangan sampai karena ingin mendapatkan kendaraan, dia mati-matian mencari harta siang dan malam. Yang terbenak dalam otaknya adalah uang, uang dan uang. Sehingga lupa berdzikir kepada Allah, mempelajari agamanya, menghadiri majelis ilmu, shalat berjama'ah dan ketaatan lainnya. Ingatlah selalu firman Allah subhanahu wa ta'ala, فَاتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ "Maka bertakwalah kalian kepada Allah menurut kesanggupan kalian." (At-Taghaabun:16) لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (Al-Baqarah:286) Oleh karena itulah, keadaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah dan pada keridhaan-Nya seperti kedudukan orang 'alim yang telah Allah berikan hikmah dan ilmu kepadanya, yang mengajarkan ilmunya kepada manusia. Maka di sana ada perbedaan antara orang yang rakus/ambisi terhadap dunia dan berpaling dari akhirat dengan orang yang Allah berikan kekayaan yang digunakannya untuk mendapatkan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat dan dia infakkan di jalan Allah. رَبَّنَا ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka." (Al-Baqarah:201) Semoga Allah subhanahu wa ta'ala selalu membimbing kita untuk mengamalkan apa-apa yang dicintai dan diridhai-Nya serta memperbaiki urusan-urusan kita. Aamiin. Wallaahu A'lam. Maraaji': Syarh Riyaadhish Shaalihiin 2/186-189, Maktabah Ash-Shafaa; dan Bahjatun Naazhiriin 1/528, Daar Ibnil Jauziy. (http://www.fdawj.co.nr/) |
Bila Akidah dan Tauhid Dianggap Kulit Agama..!
Published :
12/31/2013 12:58:00 pm
Author :
Unknown
Bila Akidah dan Tauhid Dianggap Kulit
Agama..! Senin, 03-April-2006 Penulis: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah
Perhatian umat untuk memperbaiki kondisi kaum muslimin
yang terbelakang dan senantiasa banyak menelan kekalahan sebenarnya cukup
tinggi. Lihatlah, demikian banyak tokoh atau kelompok yang berupaya melakukan
perbaikan dengan berbagai cara dan trik. Namun sayang, sampai sekarang kondisi
umat masih begini-begini saja, malah terlihat makin terpuruk. Apa
penyebabnya?
Perhatian umat untuk memperbaiki kondisi kaum muslimin yang terbelakang dan senantiasa banyak menelan kekalahan sebenarnya cukup tinggi. Lihatlah, demikian banyak tokoh atau kelompok yang berupaya melakukan perbaikan dengan berbagai cara dan trik. Namun sayang, sampai sekarang kondisi umat masih begini-begini saja, malah terlihat makin terpuruk. Apa penyebabnya? Tahukah anda apa yang dimaksud dengan kata-kata kulit? Dan siapakah yang memunculkan statemen ini? Kulit dalam pandangan mereka adalah sesuatu yang enteng, remeh, kecil tidak berguna, dan akan dibuang. Padahal secara rasio, kulit itu sangat menentukan isi dan bila kulit itu rusak maka isinya pun akan ikut rusak. Bahkan terkadang kulit lebih besar manfaatnya dari isinya. Anda bisa membayangkan bila aqidah dan tauhid sebagai sesuatu yang prinsipil di dalam agama hanya dianggap sebagai kulit oleh mereka. Yang memunculkan statemen ini adalah ahli bid’ah dari kalangan hizbiyyun. Ketahuilah bahwa kerusakan moral di dalam beragama sesungguhnya merupakan imbas kerusakan aqidah dan tauhid. Kerusakan peribadahan setiap orang kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala merupakan akibat dari kerusakan aqidah dan tauhid. Kerusakan bermuamalah dengan sesama merupakan percikan dari kerusakan aqidah dan tauhid. Kerusakan dalam keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara merupakan implementasi dari kerusakan aqidah dan tauhid. Kerusakan aqidah dan tauhid merupakan muara dan poros dari segala kerusakan di muka bumi ini. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjelaskan di dalam firman-Nya: ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ “Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan akibat perbuatan tangan-tangan manusia, dan Allah akan merasakan kepada mereka akibat perbuatan mereka agar mereka mau kembali.” (Ar-Rum: 41) Di dalam banyak ayat, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menvonis suatu kaum atau individu sebagai orang-orang yang melakukan kerusakan di muka bumi dan menjelaskan bentuk-bentuk kerusakan mereka. 1. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menvonis orang-orang munafik dengan kekufurannya sebagai perusak di muka bumi, setelah mereka mencoba cuci tangan dari berbuat kerusakan. وَإِذَا قِيْلَ لَهُمْ لاَ تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُوْنَ. أَلاَ إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُوْنَ وَلَكِنْ لاَ يَشْعُرُوْنَ “Dan bila dikatakan kepada mereka janganlah kalian melakukan kerusakan di muka bumi! Mereka menjawab: “Bahkan sesungguhnya kamilah yang melakukan perbaikan. (Allah mengatakan) ketahuilah sesungguhnya merekalah yang melakukan kerusakan namun mereka tidak merasa.” (Al-Baqarah: 11-12) 2. Allah telah menvonis orang-orang yang ingkar kepada Allah dan kepada para rasul sebagai perusak di muka bumi. وَالَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللهِ مِنْ بَعْدِ مِيْثَاقِهِ وَيَقْطَعُوْنَ مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ أَنْ يُوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِي اْلأَرْضِ أُولَئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوْءُ الدَّارِ “Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah telah perintahkan untuk dihubungkan dan mengadakan kerusakan di muka bumi, orang-orang itulah yang telah memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).” (Ar-Ra’du: 25) 3. Allah Subhanahu wa Ta'ala menvonis kaum Nabi Shalih yang menentang seruannya sebagai perusak di muka bumi. الَّذِيْنَ يُفْسِدُوْنَ فِي اْلأَرْضِ وَلاَ يُصْلِحُوْنَ “Yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan.” (Asy-Syu’ara`: 152) وَكَانَ فِي الْمَدِيْنَةِ تِسْعَةُ رَهْطٍ يُفْسِدُوْنَ فِي اْلأَرْضِ وَلاَ يُصْلِحُوْنَ “Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi dan mereka tidak berbuat kebaikan.” (An-Naml: 48) 4. Allah Subhanahu wa Ta'ala menvonis Fir’aun dengan segala tindak tanduknya sebagai perusak. آْلآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِيْنَ “Apakah sekarang (baru kamu mau percaya) padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Yunus: 91) 5. Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam banyak ayat telah memerintahkan kepada setiap hamba-hamba-Nya agar melihat apa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala perbuat terhadap kaum yang melakukan kerusakan, seperti di dalam Surat Al-‘Araf ayat 86 dan 103 dan Surat An-Naml ayat 14. وَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِيْنَ “Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang melakukan kerusakan.” (Al-A’raf: 86) Dari gambaran ayat di atas, betapa jelasnya makna perbuatan merusak di muka bumi. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala pun mengutus seluruh rasul untuk melakukan perombakan dan perbaikan atas segala bentuk kerusakan tersebut. Perlu diingat bahwa para nabi tidak membuat rancangan sendiri dalam melakukan perbaikan situasi dan kondisi. Namun mereka menunggu wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tugas yang pertama kali mereka emban adalah pembaharuan landasan dan prinsip hidup, itulah aqidah dan tauhid. Alangkah naifnya jika anda mengatakan prinsip dan landasan itu sebagai kulit. Angan-angan yang Salah Banyak orang berangan-angan untuk bisa mengubah sebuah situasi yang buruk untuk kemudian menjadi baik, yang terbelakang dan mundur untuk menjadi maju dan berkembang. Sehingga bermunculan ide-ide dari berbagai lapisan, diiringi perdebatan sengit untuk memunculkan ide tersebut. Mulai dari yang paham agama sampai orang yang tidak mengerti agama, ikut mengambil bagian dalam membicarakan perbaikan moral dan kerusakan umat. Tentunya dengan berbagai macam jenis manusia itu akan melahirkan ide yang beraneka ragam. Yang mengerti sedikit ilmu agama, akan melakukan tinjauan dengan keterbatasan ilmu agama yang ada pada dirinya. Dan yang hanya mengerti tentang ilmu dunia akan menjawabnya dengan pengetahuan yang dimilikinya. Ada juga poros ketiga yang berusaha mempertemukan semua ide tersebut sehingga bisa seiring dan sejalan serta tidak bertentangan, sekalipun alat timbangnya bukan agama. Sungguh, jika mereka membuka kembali lembaran-lembaran Al-Qur`an dan As-Sunnah yang menceritakan seruan pembaharuan yang dilakukan oleh para rasul, niscaya mereka akan menemukan jawabannya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُوْلاً أَنِ اُعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلاَلَةُ فَسِيْرُوا فِي اْلأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada setiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah dan jauhilah thagut itu. Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (An-Nahl: 36) Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُوْلٍ إِلاَّ نُوْحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُوْنِ “Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: ‘Tidak ada sesembahan yang benar melainkan Aku maka sembahlah Aku oleh kalian’.” (Al-Anbiya`: 25) وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوْحًا إِلَى قَوْمِهِ إِنِّي لَكُمْ نَذِيْرٌ مُبِيْنٌ. أَنْ لاَ تَعْبُدُوا إِلاَّ اللهَ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ أَلِيمٍ “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan mengatakan): “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata kepada kalian yaitu agar kalian tidak menyembah kecuali kepada Allah dan aku khawatir menimpa kalian pada suatu hari adzab yang pedih.” (Hud: 25-26) وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُوْدًا قَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلاَ تَتَّقُوْنَ “Dan kepada kaum ‘Ad kami mengutus kepada mereka saudara mereka Hud dan (dia) berkata: “Wahai kaumku sembahlah Allah, kalian tidak memiliki sesembahan selain Dia, maka tidakkah kalian takut?” (Al-A’raf: 65) وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيْقًا نَبِيًّا. إِذْ قَالَ لأَبِيْهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لاَ يَسْمَعُ وَلاَ يُبْصِرُ وَلاَ يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا. يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا. يَا أَبَتِ لاَ تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا. يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَنِ فَتَكُوْنَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا “Dan ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al-Kitab (Al-Qur`an) ini, sesungguhnya dia adalah orang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya: “Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak bisa mendengar, tidak melihat dan tidak bisa menolongmu sedikitpun. Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu. Maka ikutilah aku niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah setan, sesungguhnya setan itu durhaka kepada Rabb yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa adzab dari Rabb Yang Maha Pemurah maka kamu menjadi kawan bagi setan.” (Maryam: 41-45) Wahai para da’i kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, apa yang engkau ambil manfaat dari kisah pembaharuan para nabi dan rasul tersebut? Inilah Nabi Musa yang berada di bawah kekuasaan pemerintah yang sangat kufur, bahkan menobatkan dirinya sebagai Rabb semesta alam, berundang-undang dengan undang-undang iblis, membunuh anak-anak laki dan membiarkan hidup anak-anak perempuan. إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلاَ فِي اْلأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِيْنَ “Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat semena-mena di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash: 4) Allah Subhanahu wa Ta'ala berkata kepada Nabi Musa: وَأَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوْحَى. إِنَّنِي أَنَا اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلاَةَ لِذِكْرِي. إِنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ أَكَادُ أُخْفِيْهَا لِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا تَسْعَى “Dan Aku telah memilihmu, maka dengarkanlah kepada apa yang kamu diwahyukan: Sesungguhnya Aku adalah Allah dan tidak ada sesembahan yang benar melainkan Aku. Maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku. Sesungguhnya hari kiamat pasti datang dan Aku menyembunyikannya agar setiap orang dibalas apa yang telah diperbuat.” (Thaha: 15) Inilah Nabi Yusuf ‘alaihissalam yang dihinakan di dalam penjara dan disejajarkan dengan para pelaku maksiat. Beliau tidak mengajak para penghuni penjara mencaci maki penguasa dan membakar semangat mereka untuk menentang pemerintah yang diktator dan mempersiapkan kekuatan untuk melakukan perombakan hukum dan segala tatanan hidup kenegaraan yang kafir. Namun yang beliau serukan di dalam penjara adalah: يَاصَاحِبَيِ السِّجْنِ أأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُوْنَ خَيْرٌ أَمِ اللهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ. مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِهِ إِلاَّ أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوْهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلاَّ لِلَّهِ أَمَرَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلاَّ إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُوْنَ “Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya menyembah nama-nama dan nenek moyangmu membuatnya, Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah keputusan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (Yusuf: 39-40) Dan inilah rasul terakhir dan penutup semua rasul, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau diutus kepada kaum yang rusak segala-galanya, bahkan mereka bagaikan binatang yang berwujud manusia. Tidak ada halal dan haram, tidak ada aturan yang mengikat perbuatan mereka. Kerusakan hidup tingkat tertinggi dan segala bentuk kejahatan terkumpul di saat itu. Apakah yang beliau perbuat untuk melakukan perombakan tatanan kehidupan jahiliyah lagi hewani tersebut dan apa tugas yang diemban dari Allah Subhanahu wa Ta'ala? Allah Subhanahu wa Ta'ala menegaskan di dalam firman-firman-Nya: قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّيْنَ. وَأُمِرْتُ لأَنْ أَكُوْنَ أَوَّلَ الْمُسْلِمِيْنَ. قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيْمٍ. قُلِ اللهَ أَعْبُدُ مُخْلِصًا لَهُ دِيْنِي “Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama. Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama berserah diri. Katakanlah: “Sesungguhnya aku takut akan siksaan hari yang besar jika aku durhaka kepada Rabbku. Katakan, hanya Allah saja yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama.” (Az-Zumar: 11-14) إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّيْنَ “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu kitab (Al-Qur`an) dengan membawa kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (Az-Zumar: 2) [Lihat secara ringkas kitab Manhajul Anbiya` Fii Ad-Da’wati Ilallah Fiihi Al-Hikmatu Wal ‘Aql karya Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali, hal. 41-77] Langkah yang Benar Kini tahukah anda, bahwa angan-angan manusia untuk memperbaiki situasi dan kondisi yang telah rusak dengan cara seperti itu, ternyata keliru dan jauh dari syariat? Sehingga setelah itu anda mengetahui bahwa jalan yang benar untuk memperbaiki situasi dan kondisi yang telah rusak adalah dengan menempuh jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah ditapaki oleh para rasul. Kembali kepada jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala artinya kembali kepada agama-Nya. Berikut petikan indah dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana dalam sabda beliau: إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِيْنِكُمْ “Bila kalian telah mempraktekkan jual beli dengan ‘inah (salah satu bentuk jual beli riba), kalian melakukan kedzaliman, cinta kepada cocok tanam dan kalian meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kepada kalian kehinaan dan tidak akan tercabut kehinaan tersebut sehingga kalian kembali kepada agama kalian.”1 Agama mana yang dimaksud sehingga bisa mengembalikan kejayaan dan kemuliaan kaum muslimin? Apakah agama yang dipahami dengan akal? Ataukah agama yang dipahami oleh kelompok dan golongan tertentu? Ataukah yang dipahami oleh nenek-nenek moyang? Ataukah yang dipahami oleh guru-guru besar? Atau bagaimana? Tentu hal ini telah ada jawabannya: Pertama, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjelaskan di dalam Al-Qur`an: لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ اْلآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا “Sungguh telah ada pada diri rasul kalian suri tauladan yang baik bagi orang yang mengharapkan berjumpa dengan Allah dan hari kiamat dan banyak mengingat Allah.” (Al-Ahzab: 21) وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُوْلَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْمُؤْمِنِيْنَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيْرًا “Barangsiapa yang menentang Rasulullah setelah jelas baginya petunjuk dan dia mengikuti selain jalan kaum mukminin maka Kami akan memalingkannya kemana dia berpaling dan Kami akan nyalakan baginya neraka Jahannam dan Neraka Jahannam adalah sejelek-jelek tempat kembali.” (An-Nisa`: 115) Kedua, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan di dalam sabda-sabda beliau: فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّيْنَ الرَّاشِدِيْنَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ “Hendaklah kalian menempuh sunnahku dan sunnah Al-Khulafa`ur Rasyidin setelahku, gigitlah dia dengan gigi geraham dan berhati-hatilah kalian dari perkara-perkara baru (di dalam agama) karena perkara-perkara baru di dalam agama adalah bid’ah dan setiap kebid’ahan itu adalah sesat.”2 خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ “Sebaik-baik manusia adalah generasiku kemudian setelah mereka kemudian setelah mereka.”3 Ketiga, beberapa ucapan ulama Salaf: Abdullah ibnu Mas’ud radhiallahu 'anhu berkata: “Ikutilah oleh kalian dan jangan kalian mengada-ada sungguh (Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam) telah cukup buat kalian.”4 ‘Umar bin Abdul ‘Aziz rahimahullahu mengatakan: “Berhentilah kamu di mana kaum itu (para shahabat) berhenti. Sesungguhnya mereka berhenti di atas ilmu, dan di atas ilmu pula mereka menahan diri, dan mereka lebih sanggup untuk membuka (perbendaharaan ilmu) dan jika memiliki keutamaan merekalah yang lebih dahulu. Jika kalian mengatakan: ‘Telah muncul perkara baru setelah mereka (shahabat).’ Maka tidak ada yang mengadakannya kecuali orang yang menyelisihi dan benci mengikuti jalan mereka. Mereka telah mensifati segala apa yang menyembuhkan dan berbicara yang mencukupkan. Melebihi mereka adalah melampaui batas dan menguranginya adalah meremehkan. Maka tatkala suatu kaum meremehkan mereka, mereka menjadi kaku. Dan ketika kaum itu melampau batas, mereka menjadi berlebihan. Dan sesungguhnya jika mereka berada di tengah-tengah, sungguh mereka berada di atas jalan yang lurus.”5 Al-Imam Malik rahimahullahu berkata: “Tidak ada yang akan memperbaiki situasi dan kondisi umat sekarang ini melainkan harus kembali kepada apa yang telah memperbaiki umat terdahulu.”6 Abu ‘Amr Al-Auza’I rahimahullahu berkata: “Sabarkan dirimu di atas As-Sunnah! Berhentilah di mana kaum (Salafus Shalih) berhenti dan katakan (semisal) apa yang mereka telah katakan, dan tahan dirimu pada hal-hal yang mereka menahan diri. Tempuhlah jalan Salafmu yang shalih, niscaya kamu akan mendapatkan apa yang mereka telah dapatkan.”7 Dalam kesempatan yang lain berkata: “Hendaklah kamu menempuh jalan Salaf meskipun orang-orang menolakmu. Dan berhati-hatilah dari pendapat banyak orang sekalipun mereka hiasi dengan ucapan- ucapan.”8 Dari dalil-dalil di atas kita mengetahui Islam yang dimaksudkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Islam yang akan mengembalikan kejayaan, kemuliaan, dan keemasan Islam serta kaum muslimin. Itulah agama yang difahami, diamalkan dan didakwahkan oleh salaf umat ini yang shalih. Mereka adalah para shahabat, tabi’in, dan tabi’it tabi’in. Berarti jalan yang sesuai dengan syariat dalam menjawab problematika umat sekarang ini adalah: Pertama: Menyebarkan aqidah yang benar di tengah kaum muslimin. Kedua: Kembali ke jalan Salafush Shalih dalam memahami, mengamalkan, dan mendakwahkan Islam. Ketiga: Menyebarkan ilmu yang benar yaitu ilmu yang berlandaskan Al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sesuai dengan pemahaman Salaf umat ini. Keempat: Mentarbiyah (mendidik) generasi Islam di atas agama yang mushaffa (bersih). Kelima: Menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar Keenam: Mendirikan shalat Ketujuh: Menunaikan zakat (diambil dari kaset Keindahan Islam, Asy-Syaikh Musa Alu Nashr) Aqidah yang Benar Munculnya berbagai keyakinan di tengah kaum muslimin memiliki dampak demikian besar dalam beragama. Bagaimana tidak, banyak dari kaum muslimin menganggap sesuatu yang menurut agama merupakan kesyirikan, sebagai tauhid yang harus diyakini dan dipegang seumur hidup. Dan begitu sebaliknya, ketauhidan dianggap sebagai ajaran baru dan menyesatkan yang harus dimusuhi dan diperangi. Sunnah menjadi bid’ah dan bid’ah menjadi sunnah, kebatilan sebagai kebenaran dan kebenaran menjadi sesuatu yang samar. Dengan fenomena yang menyedihkan ini kita dituntut untuk belajar guna mengetahui aqidah yang benar untuk kemudian bisa memilahnya dari aqidah yang jelek. Aqidah yang benar adalah aqidah yang bersumber dari Al-Qur`an dan hadits-hadits yang shahih (benar datangnya dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam) yang dipahami dengan pemahaman Salafush Shalih umat ini. (‘Aqidatu Tauhid karya DR. Shalih bin Fauzan hal. 11) Meremehkan Aqidah dan Tauhid Aqidah dan tauhid memiliki kedudukan tinggi dan sangat besar di dalam agama. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya meletakkan keduanya dalam prinsip yang pertama dan utama di dalam agama. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: فَاعْلَمْ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ “Berilmulah kamu tentang Laa Ilaha Illallah.” (Muhammad: 19) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ “Islam dibangun di atas lima dasar: Mempersaksikan bahwa tidak ada sesembahan yang benar melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah…”9 فَلْيَكُمْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوْهُمْ إِلَيْهِ شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ “Hendaklah yang pertama kali kamu serukan kepada mereka adalah mempersaksikan kalimat La Ilaha illallah.”10 Dengan sebab itulah para nabi dan rasul diutus, kitab-kitab diturunkan, adanya perintah amar ma’ruf nahi munkar, ditegakkannya jihad, ada hari pembalasan, ada hari hisab (perhitungan), adanya timbangan dan adanya surga dan neraka. Bila engkau meremehkan masalah aqidah dan tauhid dengan menyebutnya sebagai kulit agama atau ucapan lain yang semakna, berarti engkau telah melakukan kesalahan yang sangat fatal dan melakukan dosa besar. Engkau berada dalam ambang marabahaya yang dahsyat dan di tepi jurang kehinaan serta kehancuran. Dikhawatirkan engkau keluar dari Islam. Engkau wajib bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dari perbuatanmu, yaitu meremehkan sesuatu yang karenanya diutus para nabi dan rasul serta diturunkannya kitab-kitab oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Wallahu a’lam. 1 HR. Al-Imam Abu Dawud no. 3003, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah jilid 1 hadits no. 11. 2 HR. Al-Imam Abu Dawud no. 3991, Ibnu Majah no. 42, Ahmad no. 165 dan Ad-Darimi no. 95 dari shahabat ‘Irbadh bin Sariyah. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 2735. 3 HR. Al-Imam Al-Bukhari no. 2457, 2458 dan Al-Imam Muslim no. 4600, 4601, 4602 dari shahabat Abdullah bin Mas’ud dan Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash. 4 Atsar Ibnu Mas’ud adalah shahih diriwayatkan oleh beberapa tabi’in. Di antaranya Abu Abdurrahman As-Sulami diriwayatkan oleh Al-Imam Ath-Thabrani di dalam Al-Kabir (8870), Ad-Darimi (211), Al-Baihaqi di dalam Al-Madkhal (204) dan Ibnu Wadhdhah di dalam Al-Bida’ wan Nahyu ‘Anha hal. 10. Juga dari Ibrahim An-Nakha’i diriwayatkan oleh Abu Khaitsamah di dalam kitab Al-‘Ilmu, serta dari Qatadah diriwayatkan oleh Ibnu Wadhdhah (hal. 11) 5 Lihat Lum’atul I’tiqad karya Ibnu Qudamah dan beliau sebutkan pula di dalam kitab beliau Al-Burhan Fi Bayanil Qur`an hal. 88 dan 89 6 Lihat Kitab ‘Ilmu Ushulil Bida’ karya Asy-Syaikh Ali Hasan Ali bin Abdul Hamid 7 Lihat Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah 1/174 8 Lihat Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah 1/159 dan Lum’atul I’tiqad masalah 9. 9 HR. Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim dari shahabat Ibnu ‘Umar 10 HR. Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim dari shahabat Ibnu ‘Abbas (http://asysyariah.com/print.php?id_online=340) |
Subscribe to:
Posts (Atom)
Pages
Powered by Blogger.
Blog Archive
-
▼
2013
(49)
-
▼
December
(49)
- TAUHID ADALAH DAKWAHNYA SELURUH RASUL (Bagian Kedua)
- Propaganda Sinkretisme Agama
- PENYATUAN AGAMA DALAM PANDANGAN ISLAM DAN FITRAH Y...
- TAUHID ADALAH DAKWAHNYA SELURUH RASUL ((Bagian Per...
- Tasyabbuh Bahaya Laten di Tengah Ummat
- Kemiskinan yang Kalian Takutkan?
- Bila Akidah dan Tauhid Dianggap Kulit Agama..!
- KEBERANIAN SEJATI
- Barokah Dakwah Tauhid
- Musuh-musuh Dakwah Tauhid
- BEBERAPA I’TIQOD ATAU KEYAKINAN AHLUS SUNNAH WAL J...
- BERPEGANG TEGUH dengan SUNNAH NABI, SOLUSI PROBLEM...
- MENGENAL SEJARAH DAN PEMAHAMAN AHLUS SUNNAH WAL JA...
- PENERAPAN DUA KALIMAT SYAHADAT
- Kedudukan Akal Dalam Islam
- GHULUW: Penyakit yang Membahayakan Umat
- Tabaruk
- TAUHID WAHAI PARA DAI !
- CIRI UTAMA PENGIKUT RASULULLAH DAN PARA SHAHABATNYA
- Sihir Melenyapkan Aqidah
- Astrologi Dalam Islam
- Prioritas Pembenahan Aqidah
- Dia... di atas Langit
- Prinsip-Prinsip Mengkaji Agama
- Beberapa Perkara Pembatal Amal
- Termasuk Syirik Memakai Cincin dan Benang dan Semi...
- Syar'ikah amalan kurban untuk mayit ?
- Syarat-syarat Tauhid kepada Allah Ta'ala
- USHULUTS TSALATSAH (TIGA LANDASAN UTAMA)
- Awas !! Wajah baru sihir di sekitar kita
- Mengenal Allah
- Tauhid, hak Allah Ta'ala atas segenap manusia
- Tauhid, Inti Dakwah Para Rasul
- Kedudukan Tauhid dalam Islam dan Urgensinya
- Bagaimanakah Kita Diciptakan ?
- Mengapa Harus Bermanhaj Salaf ?
- Manhaj Salaf, Manhaj yang Benar dalam Memahami Islam
- KAFIRNYA DUKUN DAN TUKANG SIHIR
- SURURIYYAH, KHAWARIJ MASA KINI
- NASEHAT UNTUK ORGANISASI MUHAMMADIYYAH ( REVISI )
- Keutamaan 4 rakaat sebelum Ashar dan Beberapa Huku...
- MENGENAL SEJARAH DAN PEMAHAMAN AHLUS SUNNAH WAL JA...
- Wajibnya Shalat Berjama'ah
- Ucapan Selamat Pada Hari Raya
- Sejarah Suram Ikhwanul Muslimin
- Salaf dan Salafiyah
- Sesatkah Jamaah Tabligh?
- Posisi Makmum Ketiga yang Masbuk
- Mengapa Kita Harus Memakai Nama Salafy?
-
▼
December
(49)
Followers
About Me
- Unknown
Popular Posts
Archive
-
▼
2013
(49)
-
▼
December
(49)
- TAUHID ADALAH DAKWAHNYA SELURUH RASUL (Bagian Kedua)
- Propaganda Sinkretisme Agama
- PENYATUAN AGAMA DALAM PANDANGAN ISLAM DAN FITRAH Y...
- TAUHID ADALAH DAKWAHNYA SELURUH RASUL ((Bagian Per...
- Tasyabbuh Bahaya Laten di Tengah Ummat
- Kemiskinan yang Kalian Takutkan?
- Bila Akidah dan Tauhid Dianggap Kulit Agama..!
- KEBERANIAN SEJATI
- Barokah Dakwah Tauhid
- Musuh-musuh Dakwah Tauhid
- BEBERAPA I’TIQOD ATAU KEYAKINAN AHLUS SUNNAH WAL J...
- BERPEGANG TEGUH dengan SUNNAH NABI, SOLUSI PROBLEM...
- MENGENAL SEJARAH DAN PEMAHAMAN AHLUS SUNNAH WAL JA...
- PENERAPAN DUA KALIMAT SYAHADAT
- Kedudukan Akal Dalam Islam
- GHULUW: Penyakit yang Membahayakan Umat
- Tabaruk
- TAUHID WAHAI PARA DAI !
- CIRI UTAMA PENGIKUT RASULULLAH DAN PARA SHAHABATNYA
- Sihir Melenyapkan Aqidah
- Astrologi Dalam Islam
- Prioritas Pembenahan Aqidah
- Dia... di atas Langit
- Prinsip-Prinsip Mengkaji Agama
- Beberapa Perkara Pembatal Amal
- Termasuk Syirik Memakai Cincin dan Benang dan Semi...
- Syar'ikah amalan kurban untuk mayit ?
- Syarat-syarat Tauhid kepada Allah Ta'ala
- USHULUTS TSALATSAH (TIGA LANDASAN UTAMA)
- Awas !! Wajah baru sihir di sekitar kita
- Mengenal Allah
- Tauhid, hak Allah Ta'ala atas segenap manusia
- Tauhid, Inti Dakwah Para Rasul
- Kedudukan Tauhid dalam Islam dan Urgensinya
- Bagaimanakah Kita Diciptakan ?
- Mengapa Harus Bermanhaj Salaf ?
- Manhaj Salaf, Manhaj yang Benar dalam Memahami Islam
- KAFIRNYA DUKUN DAN TUKANG SIHIR
- SURURIYYAH, KHAWARIJ MASA KINI
- NASEHAT UNTUK ORGANISASI MUHAMMADIYYAH ( REVISI )
- Keutamaan 4 rakaat sebelum Ashar dan Beberapa Huku...
- MENGENAL SEJARAH DAN PEMAHAMAN AHLUS SUNNAH WAL JA...
- Wajibnya Shalat Berjama'ah
- Ucapan Selamat Pada Hari Raya
- Sejarah Suram Ikhwanul Muslimin
- Salaf dan Salafiyah
- Sesatkah Jamaah Tabligh?
- Posisi Makmum Ketiga yang Masbuk
- Mengapa Kita Harus Memakai Nama Salafy?
-
▼
December
(49)